Mohon tunggu...
Syafiatuddiniah (Tuty Queen)
Syafiatuddiniah (Tuty Queen) Mohon Tunggu... Freelancer - Virtual Assistant | Founder Canva Creative Class | Kreator Pinterest Indonesia

Helo! Panggil saya Tuty. Biar semakin dekat ikuti sosial media dan blog saya yuk. Instagram: @tutyqueen @canvacreativeclass Twitter: @tuty_utut Blog: www.tutyqueen.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seba Baduy Warisan Leluhur

3 April 2016   23:28 Diperbarui: 4 April 2016   00:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumen Pribadi Saat Acara Seba Baduy di Pendopo Gubernur Banten Tahun 2014"][/caption]Kalau lagi musim liburan, dimana pun berada saya sering mendengar sekumpulan orang membahas rencana liburan bersama keluarga. Ada yang ngomongin luar negeri dengan berbagai keunikan dan keanekaragamannya, sampai ada yang bilang liburan ke luar negeri itu seru karena bahasanya beda. Nah, ketauan kan kalau kita orang Indonesia kurang piknik di negaranya sendiri. Coba deh piknik ke daerah pedalaman Indonesia, bahasanya juga beda kok malah banyak dari mereka yang justru nggak ngerti bahasa Indonesia. 

Lebih seru mana coba? Ini hanya sepenggal cerita dari beberapa orang yang membahas serunya bahasa yang beda menjadi keseruan orang untuk berlibur. Padahal Indonesia tak kalah menariknya untuk dijelajahi, bahkan kita bisa tergila-gila dengan alam maupun budaya yang kita miliki. Bicara budaya, Indonesia memiliki bermacam budaya mulai dari Sabang sampai Merauke. 

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saat saya menyaksikan tradisi Seba Baduy di Pendopo Gubernur Banten tahun 2014 lalu. Baduy adalah masyarakat tradisional yang tinggal di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat baduy ini merupakan suku yang sangat unik yang terbagi dalam dua bagian yaitu suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. 

Disebut Baduy dalam karena masyarakatnya masih mempertahankan adat, belum tercemar dengan pengaruh luar, menghindari kehidupan dunia modern, tidak mengenal sekolah, tidak bepergian dengan kendaraan, tidak menggunakan alat elektronik dan mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam. 

Sedangkan masyarakat baduy luar sudah mulai mengenal dunia modern, sudah mulai memiliki telfon genggam, memiliki kendaraan, bahkan rumah mereka mulai bergaya modern tidak seperti baduy dalam yang masih mempertahan keaslian tempat tinggal mereka dimana rumah mereka tidak memakai paku, tidak berjendela dan semua rumah memiliki ciri khas yang sama sehingga tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin ataupun perbedaan status sosial masyarakatnya. Untuk mata pencaharian, Baduy luar mulai bekerja layaknya masyarakat modern lain. Meskipun begitu tata nilai budaya tetap mereka pertahankan dan kedua suku ini ini hidup harmonis baik dengan alam juga dengan lingkungannya.

[caption caption="Dokumen Pribadi - Saya & Masyarakat Baduy"]

[/caption]

UpacaraSeba Baduy yang saya saksikan malam itu sungguh membuat saya takjub. Ratusan masyarakat berbondong-bondong berjalan kaki menuju pendopo gubernur Banten. Mereka tidak menggunakan alas kaki. Mereka bukan ingin berdemonstrasi, tapi mereka membawa hasil panen atau hasil bumi mereka untuk diberikan kepada pemerintahan setempat. Luar biasa saudara-saudara kita ini, perjalanan yang di tempuh lebih kurang 12 jam. Tidak kenal panas dan hujan. Di antara mereka ada yang berpakaian putih-putih ini menandakan mereka berasal dari baduy dalam, sedangkan hitam-hitam berasal dari Baduy luar. 

Seba Baduy dianggap sebagai upeti kepada pemerintah setempat, karena mereka sudah mendapatkan hasil panen yang melimpah. Mereka merasa wajib memberi upeti atas inisiatif mereka sendiri, tanpa paksaan. Mereka merasa pemerintah selama ini sudah melindungi mereka sehingga mereka merasa aman dan tentram.  Dan tradisi ini wajib dilakukan karena merupakan warisan leluhur dan apabila tidak dilakukan mereka merasa akan kualat nantinya. Dan upacara ini sangat khusuk, mereka sangat tertib, tidak ada obrolan semua duduk teratur. Sungguh rendah hatinya mereka, mereka sangat tunduk pada Jaro (sebutan untuk pemimpin baduy luar) dan Puun (sebutan untuk pemimpin baduy dalam).

Masyarakat Baduy sangat menjunjung adat, upacara Seba Baduy yang dilakukan malam itu tidak menunjukkan kelelahan sama sekali di wajah mereka. Padahal saya bisa membayangkan bagaimana jauhnya perjalanan yang harus mereka tempuh. Tapi mereka sangat senang karena bisa membawa hasil panen dan bisa bertemu dengan Gubernur Rano Karno saat itu. Masyarakat Baduy memang luar biasa. Semoga sikap rendah hati, saling menjaga, hidup rukun dan harmonis dengan sesama menjadi contoh untuk kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun