Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Selamat Bermudik, Dari Kami Para Pemegang Kunci

9 Juni 2019   22:26 Diperbarui: 9 Juni 2019   22:29 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:https://www.tokopedia.com

Apa kabar Mudikers? Sudah sampaikah di kampung halaman? Atau sudah menjajal arus balik untuk kembali ke peraduan? Kami para pemegang kunci biasa tidak bermudik. Beberapa dari kami memiliki kampung halaman di sini. Beberapa lainnya memilih tidak mudik karena memikirkan ongkos untuk pergi dan kembali. 

Mudik tak pernah ramah, apa kalian tahu? Terutama bagi kami yang mengadu nasib di tanah rantau dan hanya berbekal dengan tekad. Rezeki kami harus dibagi rata. Untuk istri yang meminta jatah kue lebaran, untuk anak yang meminta pakaian baru, sepatu, sendal, dan berbagai keperluan sekolah. Maklumlah, hanya di hari raya kami dapat berbelanja lebih. Bahkan, hanya di hari raya kami memiliki sesuatu yang orang sebut dengan kata "baru".

Rindu? Tentu saja. Jangan pernah berbicara tentang rindu pada kami. Kami sudah biasa membayarnya hanya dengan telepon atau pesan singkat. Dan apabila tidak tertahankan, kami menikam rindu itu serta membungkamnya dengan pisau besi. Tahu apa rindu? Tidak pantas ia datang sementara istri dan anak-anak kami mendambakan makanan dan pakaian.

Oh, tapi bukan berarti kami tidak menyanyangi orang tua kami. Sungguh, kami menyayangi mereka lebih dari yang kami sendiri sadari. Jika ada rezeki lebih, kami menitipkannya pada saudara ketika mudik lebaran. Oh, tentu saja rindu tidak bisa dibayar dengan uang. Maka dari itulah, di hari biasa kami terkadang menyelinap pergi. Menaiki bus yang harganya tidak meroket karena permintaan tinggi. Lalu melenggang ke kampung halaman, untuk bersujud di bawa kaki ayah dan ibu kami sambil menggumamkan maaf berkali-kali.

Kami juga sudah terbiasa dengan suasana sepi libur lebaran. Film-film di televisi selalu tahu cara meramaikan hati kami yang muram. Ditayangkannya petualangan Batman dan Spiderman, atau si detektif dalam misi-misi yang berbahaya. Terkadang air mata kami tumpah melihat perjuangan seorang ayah yang mencari anaknya, atau anak mencari ayahnya. Terkadang kami juga tenggelam dalam gelak tawa melihat para lakon komedi yang memadu lawak.

Jika sudah bosan, kami biasa mencari tempat hiburan. Taman-taman sederhana atau tempat wisata yang tidak terlalu mahal menjadi pilihan kami. Di sana, suasana cukup ramai. Barangkali kami memang tidak sendirian. Banyak dari mereka mungkin merasakan hal yang sama, tidak mampu mencecap manisnya mudik lebaran. 

Tapi tak mengapa, kami para pemegang kunci sesungguhnya memiliki tugas penting di tempat tinggal kami. Salah satunya adalah menjaga suasana tetap hidup agar tak seperti kota mati. Karena tidak ada yang menyukai kota mati, kecuali penjarah dan pencuri. Kami menyalakan lampu-lampu jalan, mengumandangkan Adzan di Masjid, dan berkeliling untuk sekadar memenuhi rongga paru-paru dengan udara segar. 

Ah, ya, udara lebih segar ketika lebih sedikit makhluk yang menghirupnya. Tapi kami tidak pernah bermaksud lain. Kedatangan kalian adalah hal yang paling kami tunggu. Suasana kembali ramai. Lampu-lampu dinyalakan. Tukang bakso keliling pun akan lebih sering mampir untuk menjajakan dagangan.

Namun yang terpenting adalah bebasnya kami dari tugas. Kunci yang kalian titipkan sungguh berat, walau tugas yang ditinggalkan sangat ringan. Beberapa dari kami hanya diminta menyalakan lampu di malam hari, dan mematikannya di siang hari. Beberapa lainnya diminta menjaga binatang peliharaan untuk tetap diberi makan. Itu sungguh tugas sederhana dibanding beban berat yang menindih punggung kami. Beban atas keselamatan rumah dan harga diri sebagai tetangga yang baik.

Untuk kalian yang sedang bermudik, atau tengah berada dalam perjalanan mudik, janganlah khawatir. Kami akan selalu menjaga dengan segenap jiwa dan raga atas apa yang kalian titipkan. Bersyukurlah dan nikmatilah perjalanan mudik. Temuilah orang tua kalian dengan hati bahagia dan minta maaflah dengan tulus ikhlas. Kalian tidak pernah tahu kapan waktu merenggutnya dari mata kalian. Sampai saatnya tiba, hiaslah senyum di wajah renta mereka.

Jangan khawatirkan tentang kucing-kucing peliharaan. Kami tak pernah melewatkannya untuk memberi makan. Tapi khawatirkanlah orang tua dan saudara-saudara kalian, karena merekalah yang akan mengantarkan ke dua gerbang penentu di alam kebangkitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun