Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Bulan Merah dan Tengkar Kucing di Jendela

24 Mei 2019   03:23 Diperbarui: 24 Mei 2019   03:40 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: The Irish Times

Sesungguhnya saya telah ditinggal tidur yang baik hati, tidak sombong dan tidak suka terkejut. 

Pada sebuah buku harian dan getir peristiwa yang mengakar di dalamnya, saya bertanya, "Mengapa?"

Seolah saja ini adalah rahasia pamungkas yang harus saya bawa sebelum mati. Seperti tidak ada yang sudi berbicara. Kecuali angin sepi dan bayangan yang berpantul di bawah bulan merah ketika saya mencurigai jika Narcisus tidak mati dengan cara sekonyol itu: patah hati pada angan-angan yang tidak sempat dijejali televisi, rumah fitnes dan majalah-majalah kesehatan lelaki.

Angin sepi itu mendesir-desirkan ingatan yang bertahan dari koyak sementara beberapa bagiannya harus memutih dan miring. Sedang di bawah bulan merah, timbul wajah yang dibentuk menjadi semacam peta, petunjuk bagi mereka yang tidak ingin tercerabut dari patah tumbuhnya.  

Ada ingatan dan sebuah tempat. Ada sejarah dan sebuah jalan untuk tidak pergi kemana-mana. Ada jendela yang membelakangi jejak langkah dan rasa bersalah yang bertengkar ketika aku membaca sajak yang tidak pernah bisa dirampungkan.

Sajak kepada hidup, kepada hari-hari yang berputar di antara pelabuhan tua, toko buku bekas dan kekuasaan yang hamil muda. Ketika sepasang kucing bertengkar di samping jendela.

[Petai, Mei 2019] 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun