Mohon tunggu...
Kang Yana
Kang Yana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jujur adalah modalku

Simpel apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Hujan"

13 Oktober 2015   21:22 Diperbarui: 13 Oktober 2015   21:41 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamar yang berbeda menyebabkan saya suka memilih gerimis. Dengan titisan yang pantas,gerimis turun mengalir mengikut cucur atap lalu segera menitis keatas lekukan tanah yang basah. Sebaik-baik saja turun titis-titis gerimis yang pertama,petrichor pun keluar dari bumi.    

  Semenjak kecil,saya tidak tau yang namanya petrichor,saya hanya memanggilnya sebagai ' bau hujan '. Harum dan menambah keindahan kepada warna alam yang sedang bertukar menjadi cantik tatkala hujan. Barang kali jaman kanak-kanak yang tidak banyak derita,hujan itu sering kali saya kaitkan dengan kegembiraan. Hujan itu kandungannya air. Hujan itu menghidupkan seperti mana air menjadi punca kepada semua kehidupan.

Cinta kepada hujan ini selalu saja dikaitkan dengan istilah bermain hujan-hujanan,menadah titis-titis dari cucur atap dengan telapak tangan yang kecil. Hujan itu ketenangan bagi sang anak tunggal seperti saya. Bermain-main dengan alam dan berbahasa dengan sang hujan.

Saya tidak setuju apabila filem-filem itu menggunakan hujan sebagai simbol kepada babak sedih. Kononnya mau mengaburi air mata itu dengan hujan. Atau ungkapan klisenya bahwa,' alam sedang menangis bersama-samaku '. Ah,hujan bukanlah tempat berselindung daripada kesedihan. Hujan itu cara alam membasuh dunia. Membuang kesedihan,kekotoran dan segala yang negatif.

Hujan itu bahagia. Siapa yang tidak suka hujan pada waktu malam apabila sedang bertemankan selimut,bantal dan tilam yang empuk. Hujan ialah pelengkap kepada sebuah nikmat yang menyempurnakan tidur. Andai terjaga pada waktu malam dan terdengar titis-titisnya yang jatuh diatas pohon,kaca jendela atau bagi yang bertuah masih tinggal dirumah beratap zink,bunyi itu membuat kita tersenyum menarik selimut dan menikmati sisa tidur yang masih ada. Karena hujan yang berbunyi monotonus itu tidak sama dengan suara deru perlahan sebuah pendingin hawa didalam kamar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun