Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kondisi Ibu Kota Kini Berangsur Pulih, Dalang Kerusuhan Harus Diproses Hukum

24 Mei 2019   07:00 Diperbarui: 24 Mei 2019   07:26 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pasca-kerusuhan di sekitaran Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (23/5/2019). Aksi unjuk rasa berujung ricuh terkait penetapan hasil rekapitulasi suara Pemilu 2019 oleh KPU terjadi di depan Kantor Bawaslu, berlangsung dari Selasa (21/5/2019) siang dan berlanjut hingga Rabu.(ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)

Harus diakui, aksi unjuk rasa yang berujung anarkis dua hari terakhir pantas disebut gagal total. Entah dari mana dan bagaimana menilainya, gerakan massa yang dideteksi ditungganggi oleh kelompok tertentu ternyata tidak berhasil memunculkan kerusuhan berkepanjangan dan meluas. 

Kita bersyukur bahwa hanya terkonsentrasi di ibu kota, dan tidak sampai berlanjut di daerah-daerah lain di tanah air. Semoga di hari-hari berikutnya tidak ada lagi aksi-aksi serupa, karena efeknya cukup buruk bagi negara.

Walaupun demikian, memang ada hal-hal yang patut disayangkan terjadi, misalnya memakan korban jiwa, rusaknya fasilitas negara dan sarana publik, terbakarnya kendaraan pribadi warga, berdampak negatif pada perekonomian, dan sebagainya. Kita berharap segala kerusakan segera tertangani, kondisi ekonomi pulih, dan upaya ganti rugi secepatnya diinisiasi.

Belasan mobil terbakar (Gambar: bisnis.com)
Belasan mobil terbakar (Gambar: bisnis.com)

Kita juga patut berterima kasih kepada pihak keamanan yang telah bekerja keras mengendalikan suasana. Sikap bijaksana mereka dalam menghadapi para peserta unjuk rasa layak diapresiasi. 

Termasuk juga kepada pemerintah yang bersikap tegas dan tidak memberi ruang sedikit pun kepada individu atau kelompok tertentu yang ingin merongrong kedaulatan negara.

Personel Kepolisian berjalan keluar dari barisan barikade saat kericuhan Aksi 22 Mei yang terjadi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Personel Kepolisian berjalan keluar dari barisan barikade saat kericuhan Aksi 22 Mei yang terjadi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Pertanyaannya, apakah dengan berakhirnya unjuk rasa maka berarti persoalan selesai? Tentu tidak. Ada hal yang wajib ditelusuri untuk diusut tuntas. Apa itu?

Hal yang mesti ditelusuri dan diusut tuntas yakni siapa sesungguhnya dalang dan provokator di balik aksi rusuh tersebut. Pihak kepolisian mengaku bahwa para perusuh di lapangan merupakan orang-orang bayaran. Diketahui bayaran untuk masing-masing provokator sebesar Rp300.000. 

"Amplopnya sudah ada tulisan masing-masing Rp300.000 per hari. Sekali datang dikasih duit," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo (23/5/2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun