Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... -

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rima yang Agung

4 Juli 2017   18:25 Diperbarui: 4 Juli 2017   18:26 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Oleh-oleh Lebaran 1438H"

Tulisan ini terinspirasi oleh salah satu WA message yang menggambarkan adanya keajaiban Al Qur'an. Pembahasan di posting an medsos itu adalah bahwa ada seorang pemerhati yang merasa adanya keheranan mengapa ayat di Al-Qur'an itu dalam satu surat seolah melompat-lompat bahasannya.

Setelah dipelajari lebih dalam ternyata bukan melompat tetapi apabila ditarik dari posisi center, maka ayat sebelum dan sesudahnya saling menjadi cermin. Demikian seterusnya untuk dua ayat setelah dan sebelumnya. Sebuah rima yang indah bagi yang mengetahui.

Dulu juga ada seorang Kyai yang mempopulerkan matematika Al-Qur'an. Salah satu hasil kajiannya adalah mengenai adanya angka kelipatan 19 mulai dari Basmalah hingga jumlah surat di dalam Al-Qur'an dan sebagainya. Sungguh sebuah rima yang Agung.

Bagi orang Islam, rima yang indah dan Agung ini merupakan salah satu bukti bahwa Al-Qur'an ini bukan dibuat oleh makhluk tapi dibuat oleh Sang Pencipta. Dibutuhkan superkomputer yang amat sangat canggih untuk bisa menciptakan hasil karya seindah ini. Itu pun apabila memang mampu membuatnya.

Rima ini juga akan sangat menyulitkan apabila ada tambahan ayat palsu. Karena sisipan baru yang tidak memiliki rima atau tidak selaras, justru akan mengganggu rima yang ada. Sebelum menyisipkan ayat palsu, tentu saja harus paham dulu alurnya. Kalau tidak, akan langsung diketahui. Hal ini merupakan salah satu jaminan bahwa Al-Qur'an tidak bisa dipalsukan.

Kejanggalan lain, serupa dengan kejanggalan ayat Al-Qur'an yang seolah melompat-lompat, kita juga temui dan rasakan di kehidupan. Banyak hal kasat mata yang sering menjadi pertanyaan. Misalnya : kenapa manusia diciptakan berbeda-beda, kenapa ada yang kaya dan miskin, kenapa ada yang baik dan jahat, kenapa ada yang sakit dan sehat, serta banyak hal lainnya.

Allah bisa saja menciptakan semua makhluk serupa dan tidak berbeda. Tapi tidak demikian. Perbedaan yang ada diciptakan sebagai sebuah rima yang Agung.

Dalam kesempatan mudik, kita bisa melihat perbedaan kondisi Jakarta dengan daerah. Kita juga bisa melihat banyaknya kerabat dan saudara yang perlu dibantu. Apakah Allah yang maha kaya tidak mampu menjadikan semua orang menjadi berkecukupan? Tentu sangat mampu. Tapi kenyataannya tidak demikian.

Dengan adanya kerabat yang membutuhkan bantuan, menunjukkan bahwa kita harus berbagi. Kita sebetulnya tidak berhak 100% atas rejeki yang kita peroleh. Ada bagian rejeki mereka yang dititipkan lewat kita. Kita harus salurkan. Begitulah rule of the game nya. Yang melanggar aturan main ya bisa kena "semprit".

Pada suatu kesempatan ada atasan di kantor yang setelah mudik kemudian mengeluh kepada saya "saya ingin menjadi orang yang super kaya dan saya akan santuni semua orang yang tidak mampu". Secara spontan saya bilang begini : "jangan disantuni semua, karena apabila sudah dicukupi, saya tidak akan punya kesempatan membantu mereka". Orang juga punya hak untuk bisa berbagi. Beramal tidak boleh dimonopoli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun