Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Ekonomi Kreatif dan OVOP - Bagian II

11 April 2013   20:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:21 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membangun Langkah Nyata

Tahun lalu, sebelum mengenal lebih dalam tentang BCCF, kami pernah menggagas sebuah Festival Luk Ulo 2012. Luk Ulo adalah nama sungai yang membelah secara imajinatif dan riil antara Kebumen Wetan (Timur) dan Kulon (Barat). Secara garis besar, pola budaya keduanya berbeda. Yang di sisi Timur (termasuk lingkungan Pemkab Kebumen) cenderung mengikuti tata cara hidup manusia tradisional yang kadangkala melebihkan porsi mitos ketimbang fakta, latah dan sangat paternalistik. Yang termasuk kategori formal dianggap benar dan layak diikuti. Meski tidak sangat representatif, orang Wetan Kali Luk Ulo memberi nilai plus bagi pekerja formal di instansi pemerintah maupun swasta.

Berbeda dari masyarakat yang ada di sisi Barat, kebanyakan lebih terbuka untuk hal dan cara pandang baru. Pusat-pusat kegiatan wirausaha banyak terdapat di sisi ini. Sentra kerajinan anyaman misalnya ada di Barat (Kecamatan Karanganyar untuk pandan) dan bambu di Petanahan. Di sini juga terkenal sebagai pusat industri genteng Sokka yang letaknya persis di sebelah Barat Kali Luk Ulo. Selain sentra kerajinan anyaman pandan, Kecamatan Karanganyar juga sangat dikenal sebagai pusat produksi jajanan tradisional “lanthing” yang berbentuk angka 8 dan dibuat dari singkong. Masih ada satu atau dua lagi pusat kegiatan kreatif di sisi Barat yaitu sentra kerajinan kain perca di Kecamatan Kuwarasan yang diprakarsai oleh Irma Suryani dan telah mendunia. Serta kegiatan pembuatan  abon ikan di Kecamatan Ayah. Sementara itu, di sisi Timur ada sentra kerajinan kerupuk melinjo (emping) dan hortikultura (Buluspesantren dan Mirit/ Urut Sewu). Dari penjelasan ini, nampaknya gambaran tentang pola budaya di atas cukup representatif.

Dengan bedah anatomik sederhana, Kabupaten Kebumen memiliki sejumlah sumber daya kreatif yang mampu menggerakkan aktivitas ekonomi kreatif. Sebut nama FoPSet (Forum Pekerja Seni Teater) yang terdiri dari orang-orang muda dan berani serta memelihara komitmen sebagai pekerja seni teater di Kebumen. Komunitas ini digagas bersama antara Sanggar Gerak STAINU yang dibina oleh Sahid El Kobar dan Sanggar Ilir Imakta (Ikatan Mahasiswa Kebumen) di Jogja yang kebanyakan dari UIN dan UNJ. Dengan segala keterbatasan, mereka mampu menggelar secara berturut-turut sebuah kegiatan apresiasi bertajuk Gelar Panggung Teater I (2009) dan II (2010). Dari situ kemudian muncul beberapa kegiatan serupa. Kalau tidak boleh disebut copas (copy paste) semisal FTK (Festival Teater Kebumen) 2010 dsb. Ini yang berasal dari sub sector Seni Pertunjukan. Saya tidak memasukkan Yoda Idol sebagai bagian dari pegiat seni pertunjukan karena aktivitasnya banyak dilakukan di Jogja dan Jakarta. Selain itu, ia juga bagian dari “rekayasa politik” yang tidak menumbuh-kembangkan iklim kreatif di tanah kelahirannya. Sampai saat ini, Sanggar Ilir aktif mengawal proses kreatif di lingkungan sekolah dan dua orang diantaranya yakni Putut AS dan Ucok Hasbi terus mengembangkan potensi kreatifnya dengan pendekatan berbeda.

Di hulu sungai Luk Ulo terdapat satu situs geologi terunik di seantero Asia melebihi yang ada di Langkahwi Malaysia. Namanya Karangsambung Geopark. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mendirikan sebuah pos penelitian geologi bersama ITB selama lebih dari tiga dasawarsa. Di sini telah ditemukan banyak sekali fosil berumur ratusan ribu sampai jutaan tahun. Karena itu, ditengarai bahwa di sekitar situs geologi Karangsambung adalah salah satu pintu menuju Kota Atlantik yang diberitakan hilang dan jadi legenda oleh kedua lembaga tadi. Jika kelak terbukti, aset ekonomi kreatif terbesar mungkin juga ada di sini. Jutaan turis akan berbondong-bondong ke lokasi dan Karangsambung khususnya atau Kabupaten Kebumen pada umumnya akan mendapatkan anugerah luar biasa dari sana,

Tidak berlebih menyebut Luk Ulo sebagai icon daerah menggantikan Gua Karangbolong yang pernah jadi pusat produksi sarang burung walet dan jadi simbol daerah. Luk Ulo bukan sekadar nama dan bentuk fisik sebuah sungai. Ia punya makna dan daya gerak yang mampu membawa nama Kabupaten Kebumen sejajar atau lebih tinggi dari pada Jogja dan Bandung. Dan Festival Luk Ulo akan menjadi sebuah ajang kebangkitan daerah atau wilayah yang pernah ditengara sebagai lemah cengkar, tanah yang sulit digarap sebagai lahan produktif. Pendekatan ekonomi/industri kreatif membuka peluang yang sangat luas untuk mewujudkannya. Apalagi jika dimulai dengan penetapan Kecamatan Karanganyar sebagai basis kegiatan OVOP terutama untuk sentra kerajinan anyaman pandan dan lanthing-nya. Semoga.

Tautan: http://lukulokebumen.wordpress.com/2012/06/16/the-most-completely-geopark-which-lack-of-facilities/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun