Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mengapa Prestasi Kita di SEA Games Menurun Pascareformasi?

28 November 2019   05:14 Diperbarui: 28 November 2019   05:26 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontingen Indonesia untuk Sea Games 2019, dilepas oleh Presiden RI di istana Bogor(dok:liputan6.com)

Memasuki era reformasi, satu tahun pasca tumbangnya rezim Orde Baru, SEA Games ke 20 di selenggarakan di Brunei Darussalam, dua tahun sebelumya Indonesia sebagai tuan rumah mendominasi perolehan medali dan menjadi juara umum setelah memboyong 194 emas, 101 perak dan 115 perunggu, adapun cabang yang di pertandingan sebanyak 36 cabang olah raga.

Digdaya di Jakarta namun terpuruk di Bandar Seri Begawan, posisi Indonesia dan dominasi sebagai juara umum terhenti. Saat itu Indonesia hanya peringkat ke 3 dengan torehan 44 emas, 43 perak dan 58 perunggu, kalah saing dengan Thailand yang di urutan pertama dan Malaysia di posisi ke dua.

Sepuluh kali mengikuti SEA Games pasca reformasi, Indonesia hanya bisa menjadi peringkat satu ketika SEA Games diadakan di Jakarta pada tahun 2011, dan terakhir ketika SEA Games dilaksanakan dua tahum lalu, peringkat ke lima.

Sejak keikutsertaan Indonesia di ajang SEA Games tahun 1977, Indonesia selalu juara umum kecuali pada tahun 1985 dan 1995 saat Thailand menjadi tuan rumah, peringkat Indonesia jadi nomor dua. Namun saat ini peringkat Indonesia disalip oleh negara negara Vietnam, Malaysia, melawan Thailand pun Indonesia makin keteteran.

Apakah reformasi dan dengan banyaknya partai sehingga fokus pembinaan olah raga di tanah air mengendur atau malah pembibitan atlet atlet junior terabaikan?

Sebuah ironi memang jika kita membandingkan prestasi olah raga di era Orde Baru dan Reformasi, kalau pun juara umum sepertinya harus menunggu dulu jadi tuan rumah, jika pesta olah raga di negara lain, bahkan untuk menjadi peringkat kedua pun tampaknya susah payah. Apakah memang prestasi olah raga di Indonesia jalan di tempat atau negara lain yang sudah mengalami kemajuan yang pesat.

Di era Orde Baru, Indonesia memiliki teknokrat olah raga yang bernama Mangombar Ferdinand Siregar, pria asal Batak ini memiliki konsep memasyrakatkan olahraga dan mengolahragakan masyrakat yang sangat terkenal di dekade 80 dan 90an, hasilnya dalam kurun tahun 1977 hingga 1997 di ajang SEA Games nama Indonesia selalu menjadi juara umum kecuali di tahun yang penulis tulis di awal tulisan. Saat itu Indonesia begitu digdaya karena dengan genial mampu memaksimalkan kesempatan di arena atletik, renang dan senam.

Nama nama perenang seperti Gerald Item, Richard Sambera, Wirmandi Sugriat, Albert dan Felix Sutanto, belum lagi dari dinasti keluarga Raja Nasution seperti Elvira Nasution, Maya Nasution , Kevin Nasution  hingga Akbar Nasution, mereka adalah pahlawan di kolam renang.

Di Atletik pun atlet Indonesia selalu mendulang medali, sedangkan di cabang olah raga senam yang menyediakan banyak medali, atlet seperti Jonathan Sianturi dan juga Eva Butar Butar adalah atlet yang kerap menjadi langganan menerima medali emas.

Seiring pesatnya teknologi yang juga merambah olah raga, saatnya Indonesia pun selayaknya menggunakan para jago jago di bidang saint untuk mampu mengaplikasikan ilmunya dan diterapkan di dunia olah raga nasional, rekrut ahli gizi, beli peralatan penunjang latihan modern dan yang lebih penting adalah merawat seorang atlet dengan sehormat hormatnya karena mereka pun adalah jiwa jiwa yang hebat.

Jika pembinaan lebih terpola, kesejahteraan atlet di perhatikan bukan tak mungkin, Indonesia kembali berjaya di arena SEA Games dan sangat mungkin masuk lima besar Asean Games meski tak jadi tuan rumah misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun