Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tong Kosong Nyaring Bunyinya

30 Mei 2017   06:15 Diperbarui: 30 Mei 2017   06:52 2385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: info,indonesiakita,com

Tong Kosong Memang Selalu Nyaring Bunyinya

Dikatakan kepada orang yang sangat piawai dalam berorasi dan memotivasi orang banyak,sehingga dapat membuat orang terpukau,tapi dalam pratilknya tidaklah sebagaimana kemampuannya berbicara. Atau biasa juga disebutkan :"Air beriak,tanda tak dalam,"

Petata Petiti ini,kayaknya sudah ada sejak saya masih kecil,yakni sekitar tiga perempat abad lalu. Tapi rasanya masih tetap up to date untuk dijadikan pedoman hidup hingga saat ini. Untuk memahami artinya,tidak perlu bersusah payah membuka kamus atau berselancar di google. Karena sangat jelas ,bahwa kalimat ini sangat pas ditujukan kepada orang yang hanya pintar berkaok kaok,begini dan begitu,untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah pemberani dan pintar.Akan tetapi bila dihadapkan pada kenyataan,maka suara nyaringnya tidak lagi terdengar dan menjadi bungkam,karena sesungguhnya,hanya suaranya saja yang besar

Sewaktu masih kecil,kalau salah satu dari kami ,tidak ikut bekerja dan hanya bersikap sebagai Mandor ,maka ayah kami langsung akan menegor kami :" Hai,jangan seperti tong kosong! Hayo kerja!" Maka kami langsung diam dan  melakukan pekerjaan yang menjadi tugas kami .Ayah kami pendiam ,keras dan tegas. Setiap kata yang keluar dari mulutnya ,berarti perintah. Tidak ada yang berani membantah dan tidak ada istilah diskusi ataupun acara dengar pendapat. Tapi sesungguhnya ,ayah kami sangat baik

.Dikemudian hari,ketika kami sudah mulai tumbuh menjadi dewasa,maka Ayah kami menceritakan,bahwa karena kami ada 11 bersaudara,sedangkan ekonomi keluarga morat marit,karena Ayah saya bekerja sebagai Sopir truk.pengangkut barang antar kota dan sekaligus bertugas melindungi barang yang dibawanya dari perampokan.Karena di zaman itu ,adalah masa masa sangat sulit,sehingga orang bisa saja melakukan apapun,termasuk merampok,untuk mendapatkan uang pembeli makanan untuk keluarga mereka.Maka Ayah harus bers ikap keras dan disiplin, agar anak anak mampu bertahan hidup ,menghadapi masa masa sulit kehidupan.Sedangkan Ibu kami almh. adalah seorang wanita desa yang sangat baik dan lemah lembut.

Hasil Didikan Yang Disiplin ,Kami Bisa Jadi Orang

Hasil didikkan keras dan disiplin dari Ayah kami alm.membuat kami tumbuh sebagai pekerja keras dan berani menghadapi berbagai tantangan dan masalah hidup. Tidak ada yang kami takuti selain Tuhan. Karena itu ,ketika saya dua kali masuk tahanan,,saya sama sekali tidak keder,apalagi sampai memohon mohon,Karena saya terbukti sama sekali tidak bersalah,maka saya dibebaskan ,hasil dari keputusan Mahkamah Agung

Hasil didikan yang keras dan disiplin penuh. maka dari anak seorang Sopir truk dan kemudian menjadi Kusir Bendi.beberapa orang dari kami ,akhirnya menjadi eksportir .Tidak satupun dari antara kami yang suka berkoar koar,kami semuanya adalah pekerja keras. Karena tidak ingin menjadi  seperti tong kosong,yang hanya nyaring bunyinya,tapi kosong isinya. Tulisan ini bukan menggurui ,melainkan bagian dari hidup berbagi dan saling mengingatkan,termasuk diri saya sendiri yang menulis artikel ini. Seperti pribahasa mengatakan :" Life is to share." Hidup adalah untuk berbagi dan salah satu cara berbagi adalah dengan menulis,sesuatu yang mungkin ada yang dapat dipetik hikmahnya.

Mudah mudahan tulisan ini ada manfaatnya,setidaknya menjadi pengingat,bahwa dalam hidup ini,alangkah baiknya bilamana kita menghindari diri dari hidup berkoar koar,tapi ketika dihadapkan pada masalah,terbukti kita tidak ada apa apanya. Hal ini ,tidak hanya mempermalukan diri sendiri,tapi juga keluarga dan komunitas dimana kita berada.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun