Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Berbicara

23 Juni 2017   19:59 Diperbarui: 24 Juni 2017   06:58 2917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni Berbicara
Bila kita mendengarkan hanya dengan telinga,maka dalam hitungan jam ,mungkin saja kita sudah lupa atau melupakan apa yang tadi kita dengar. Karena menganggap ,apa yang kita dengar,adalah hal yang tidak penting dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan diri ,maupun keluarga kita.
Pada umumnya,orang merasa kesulitan mendengar siaran berita dalam bahasa asing,yang disiarkan lewat radio,maupun televisi. Karena apa yang sedang dibicarakan oleh pembawa acara,tidak ada kaitannya dengan diri kita .
Tetapi bilamana ada yang berbicara secara tatap muka,pada kita dan membicarakan hal hal yang ada hubungannya dengan diri kita,maka jauh lebih mudah dapat dipahami.Karena kita merasa perlu memahami apa yang diikatanya,sebab mungkin saja menyangkut keselamatan atau kepentingan diri kita.
Pidato atau Kothbah
Seringkali kita menyaksikan ,baik secara langsung,maupun lewat layar kaca,sewaktu ada yang sedang  berpidato,ternyata diantara hadirin, asyik mengorok.Hal ini disebabkan lantaran apa yang dibicarakan,sama sekali tidak menyentuh kepentingan yang hadir. Begitu juga,dalam kotbah Pastor atau Pendeta di Gereja Bilamana apa yang dikotbahkan hanyalah merupakan pembacaan ulang dari ayat ayat kitab suci,maka dapat dipastikan,sebagian dari umat ,akan duduk terkantuk kantuk. Berharap agar kotbah cepat selesai,karena terasa sangat membosankan
Akan tetapi bilamana kotbah yang disampaikan,tidak melulu berbicara mengenai surga neraka,melainkan langsung menyentuh hal hal yang aktual dan uptodate,maka umat akan mendengarkan ,bukan hanya dengan telinga,tapi dengan mata dan hati.
Kilas Balik Dalam Kehidupan
Begitu juga dalam keseharian ,bilamana ada orang tua yang nyinyir ,mengingatkan anaknya,agar jangan begini ,jangan begitu, harus begini dan begitu,maka demi sopan santun, anak akan manggut manggut. Makin lama manggutnya semakin cepat dan dalam hati berharap :"semoga pesan nyinyir ini cepat berlalu"
Hal ini,bukan lelucon dan juga bukan dalam konteks berusaha melawak. Karena banyak orang yang tidak memahami seni berbicara. Sehingga orang hanya mendengarkan,karena ingin menghormati .Manggut manggut,namun pikirannya sudah beralih memikirkan masalah yang dianggap jauh lebih penting.
Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan Ketika Berbicara
Ucapkanlah kalimat yang mampu menyentuh hati lawan bicara kita ,sehingga ia memahami bahwa kita sedang menanyakan tentang kesehatan dan keluarganya. Bukan sedang berbicara untuk pamer pencapaian diri. Kalau lawan bicara kita menanyakan tentang perjalanan kita,maka barulah kita menceritakannya dengan singkat.
Arif membaca situasi.
Bila sudah lama tidak bertemu sahabat ,maka hindarilah memasang tampang yang diangun angunkan ,agar terkesan diri kita "wah"  Karena keangkuhan diri seseorang ,tidak hanya tercermin dari sikap dan tutur katanya,melainkan tak kalah pentingnya  apa yang disampaikannnya melalui bahasa tubuh.
Karena bila sikap kita melukai hati orang lain,maka walaupun kita berusaha untuk merevisinya dengan berbicara panjang lebar,percayalah ,orang hanya  akan mendengarkan dengan telinga. Karena mata dan hatinya,sudah terluka oleh pandangan pertama.
Karena itu, ada seni untuk mendengarkan,tapi yang tidak kalah pentingnya,adalah :"Seni berbicara" .
Speak From Your Heart
Berbicaralah dengan setulus hati,maka orang akan mendengarkan dengan hati.
Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun