Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Saya Dilahirkan Kembali

17 April 2017   05:39 Diperbarui: 18 April 2017   03:44 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bersama masyarakat Indonesia di Wollongong,, kami baru pertama kali bertemu,tapi kami akur ,tidak ada sekat yang memisahkan/foto dok.pribadi

Mengapa Kalau Diluar Negeri,Orang Indonesia Bisa Akur?

Selama berada di Australia, kami hampir tidak pernah melewatkan kesempatan untuk dapat hadir, bila ada pertemuan antar orang orang Indonesia. Baik dalam acara 17 Agustusan, maupun acara nonton bareng ataupun acara pertemuan ramah tamah . Tanpa merasa perlu menunggu undangan khusus kami selalu mengusahakan untuk hadir

Dalam setiap pertemuan, rasanya ada suasana yang sangat damai. Tak tampak sepotongpun guratan sinis dalam wajah wajah yang hadir, padahal sebagian besar baru pertama kali bertemu. Kami bersalaman,saling bercerita dan ketawa bersama.Rasanya gimana tuh..adem, damai dan menyejukkan.

Bertemu dengan pak Syafril asal Maninjau, bertemu dengan mas Dudy,yang pada waktu itu merupakan kandidat doktor di jurusan hukum internasional ,pak Yogi yang dari Jawa timur dan seterusnya. Tak ada yang menanyakan agama apa ,suku apa . Paling menanyakan ,dari Padang ya pak ,bu?

Kami makan bersama,sambil bercanda dan ketawa ketawa .Herannya suasana seperti ini,hampir tidak pernah dijumpai ,ketika kami berada di negeri sendiri,khususnya di jakarta. Berada ditengah tengah orang yang tidak dikenal dan berusaha untuk tersenyum dan menyapa,tapi ditengok dengan lirikan yang membuat perasaan menjadi tidak nyaman.Bahkan duduk dalam satu ruangan tamu di Apartement,kendati sudah siap siap memasang senyum pepsodent,terpaksa harus dibatalkan,karena yang mau diajak senyum,pura pura sibuk dengan Hpnya. Dan hal ini sudah sangat sering terjadi.

Mengapa?

Pertanyaannya hanya satu kata ,yakni:" mengapa?"Tapi hingga kini,saya belum menemukan jawabannya. Karena selama ini,hanya dapat akrab dan saling ketawa hanya sebatas dengan teman teman saja.Sedangkan untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan baru,masih jauh panggang dari api. Serasa ada jurang pemisah ,entah apa yang menyebabkannya.

Padahal kami sejak dulu sudah berpakaian ala Indonesia,pakai batik dan berbicara seratus persen dalam bahasa indonesia dan dialek Padang. Bahasa Cina cuma bisa bilang :"Kamsia tok"

Diluar Negeri Kami Diakui Orang Indonesia

Selama berada diluar negeri,tidak satupun ada yang mengatakan kami orang Cina,semua orang mengatakan kami orang Indonesia. Bahkan kami ke Taiwan dan ke negeri Tiongkok ,kami juga diakui sebagai orang Indonesia. Tapi koq dinegeri sendiri, walaupun kami sudah lahir di Indonesia ,sebelum Indonesia merdeka.

Bahkan cucu kami yang lahir di Australia ,mengaku :" Saya orang Indonesia" . Apakah saya perlu berjemur,hingga kulit jadi sawo matang? Warna kulit saya sendiri sudah agak gelap,sehingga pernah saya disebutkan:"hitaci" (hitam tapi Cina)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun