Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resiko Menikah Diusia Kelewat Matang

16 Juni 2017   20:50 Diperbarui: 17 Juni 2017   01:54 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

depositphotos

Resiko Menikah Diusia Kelewat Matang
Urusan menikah adalah urusan pribadi setiap orang,Tidak ada undang undang yang mewajibkan bahwa setiap orang yang sudah dewasa harus menikah. Jadi menikah itu adalah pilihan hidup dan tak seorangpun yang berhak mengintervensinya.
Tapi membahas tentang resiko menikah diusia kelewat matang ,juga tidak ada undang undang yang melarangnya.  Karena hanya merupakan sebuah opini,yang tersarikan lewat berbagai peristiwa hidup dan dapat disaksikan oleh orang banyak.  Karena kuatir akan menyinggung seseorang,maka tidak perlu dituliskan berapa usia berapa sih yang disebut sudah kelewat matang ? Tentu jawaban sudah ada dalam hati kita masing masing.
Lebih Banyak Resiko

Karena sudah terlalu lama hidup sendiri dan terbiasa hidup bebas,maka setelah cita rasa menjadi manusia bebas dalam arti seluas luanya ini,sudah mendarah daging,tiba tiba harus berubah ,karena pernikahan. Biasanya mau kemana,pulang jam berapa ,mau makan siang dimana ,bersama siapa,tidak ada yang peduli. Nah,sesudah menikah,mendadak ada aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh kedua pasangan.
Mulai dari hal hal kecil,misalnya sebelum makan cuci tangan terlebih dulu.Kalau mau tidur gosok gigi dan cuci kaki terlebih dulu. Yang satu kalau tidur,lampu harus dipadamkan,sementara pasangan justru tidak bisa tidur dalam keadaan gelap. Biasanya nonton sepak bola dan bergadang hingga subuh. Kini sedang asyik nonton,dipanggil oleh pasangan. 


Biasanya, kalau menelpon ,ketawa cecekikan .Kini begitu tertawa cecekikan,sudah dilirik oleh  pasangan dengan wajah tidak senang. Pasangan hobi  masakan Padang ,sedangkan diri sendiri senang masakan Jawa. Biasa suka buang sampah sembarangan.Kini begitu buang sampah sembarangan,terus dipungut oleh pasangan dan dimasukkan kedalam kerajang sampah.
Mau kemana? Pulang jam berapa? Makan siang dimana? Semua harus saling melaporkan. Nah,ini baru hal hal kecil dan tampak sepele,tapi dapat menjadi penyebab perang badar dalam rumah tangga.
Menikah Diusia Setengah Matang

Karena keduanya sama sama belum matang,maka hidup bebas,belum sempat mendarah daging dalam dirinya.  Mungkin saling ribut dan brantem,tapi cepat bisa akur kembali.Mengalami bersama setiap peristiwa hidup,yang menyenangkan dan menyedihkan .menyebabkan hubungan batin antara kedua pasangan setengah matang,semakin akrab dan mendalam.
Lari pagi,berenang, mendaki gunung atau hal apapun, semakin hari semakin mempererat hubungan antara kedua pasangan. Karena keduanya masih muda dan dapat saling menunjang dalam membentuk kepribadian 


Usia 50 an,Anak Sudah Selesai Kuliah

Usia baru 50 an,masih produktif  untuk bekerja dan berusaha,sementara anak sudah lulus sarjana dan sudah dapat menghidupkan diri nya sendiri,malah mungkin sudah dapat membantu adik adiknya.
Teman saya ,karena menikah setelah usia kelewat matang,maka ketika anak anak kami semuanya sudah sarjana,malahan anak anak nya masih di sma. Sementara usianya sudah 60 tahun.
Pengalaman Pribadi

Ketika putra pertama kami di wisuda sebagai Msc.,kami baru berusia belum genap 50 tahun Menyusul kedua adiknya lulus,kami baru berusia 5o an tahun. Tahun lalu,cucu pertama kami menikah dan tahun ini,cucu kedua kami juga akan menikah Nah,.seperti kata pribahasa,berakit rakit kehulu,berenang renang ketepian.Bersakit sakit dahulu,bersenang senang kemudian. 

Atau memilih,bersenang senang dahulu,bersakit sakit kemudian. Tentu hak pilih ada ditangan setiap orang.Hidup adalah sebuah pilihan dan tidak seorangpun berhak untuk mencampuri urusan pribadi seseorang. Mau menikah atau tidak atau baru mau menikah diusia 60 tahun,juga adalah merupakan keputusan pribadi.


Tulisan ini,sama sekali tidak bermaksud menyinggung siapapun.Melainkan hanya sekedar pandangan hidup,yang mungkin saja tidak sepenuhnya benar.
Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun