Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesan dari Australia: Jangan Bunuh Diri

8 Juni 2013   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20 3094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Admin (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sore tadi saya dan istri ke salah satu Club sosial,yang lokasinya hanya sekitar 10 menit berkendaraan. Seperti biasa, kami hanya duduk relaks,sambil menikmati secangkir capuccino hangat,yang biasanya dijual dengan harga 4 dollar secangkir.Tapi karena kami memiliki Senior Card, maka kami cukup membayar 1 dollar saja. Malahan ada juga club bowling,dimana kami disediakan minuman dengan gratis. Untuk jadi member, kami cuma bayar 5 dollar untuk satu tahun! Padahal uang sejumlah itu hanya cukup untuk membayar kopi secangkir. Jadi untuk penduduk yang sudah berusia 65 tahun keatas,diberikan Senior Card,dengan banyak fasiliitas dan kemudahan lainnya. Disini ,bisa ketemu teman teman,sambil ngobrol. Mereka umumnya minum wine atau bir,sedangkan kami berdua minum capucino.Umumnya orang disini tidak suka poltik dan tidak tertarik untuk gosip gosip politik,misalnya tentang siapa yang bakal jadii wali kota atau gubernur,Mereka juga tidak suka bercerita tentang agama.  Mereka senang cerita tentang hobbi,mancing ,berkebun dan membaca.Pokoknya yang ringan dan lucu-lucu. [caption id="attachment_258856" align="aligncenter" width="300" caption="foto Bryan, 47 hari sebelum meninggal."]

13706942251572418565
13706942251572418565
[/caption] [caption id="attachment_258854" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri/foto disebelah kiri, 10 minggu sebelum Bryan meninggal,karena kanker paru paru"]
1370694029909339029
1370694029909339029
[/caption]

Dapat Teman Baru

Disamping saya duduk seorang pria yang kurus dan agak pucat,yang menurut saya mungkin seusia saya. Sejak dari awal saya duduk, pria ini sudah batuk batuk. Memang tidak nyaman rasanya. Maunya santai dan rileks, tapi pas duduk disamping orang yang lagi batuk batuk. Mau pindah, nggak tegaan, karena kuatir yang bersangkutan, akan tersinggung. Menyinggung perasaan orang yang sedang sakit, berarti melukai hatinya. Saya tahu persis, apa namanya hati yang terluka, karena ketika hidup kami masih morat marit, sering kali hati saya disakiti. Makanya tidak mungkin saya melakukannya pada orang lain. "Hi, how are you  friend?" tiba tiba saya agak kaget, karena pria tersebut menyapa saya dengan suaranya yang agak parau. "Don't worry, I am not T.B",katanya melanjutkan,sambil tertawa.  Jangan kuatir, saya tidak T.B.C Saya berdiri dan mengulurkan tangan,  berkata, "Effendi. my name is Effendi". "Oo ya, I know.. are you from Turky?" Aduh mak,apa iya wajah saya mirip orang Turki? "No, I am not. I come from Indonesia." "Ooo sorry... sorry... I think you are from Turky, because Effendi is Turky's name. means 'Master'", kata si pria tanpa diminta.  "Hmm... call me Jack" katanya. "Saya barusan keluar dari rumah sakit. More than 3 weeks there... paru-paru saya mengalami infeksi yang parah. Saya tiap hari di infus dan di injeksi dengan antibiotik.  I almost die... really... Saya hampir mati, sungguh..."kata Jack, bercerita tanpa diminta.

Seusia Putra Sulung Kami

Saya belum menjawab apapun,karena saya melihat sikapnya,masih ada  yang akan disampaikannya. "Menurut Anda Effendi, usia saya berapa?" "Hmmm 65 tahun, mungkin Jack?" Ia ketawa sedih. Sambil geleng gelengkan kepalanya, "banyak orang yang menyangka begitu, padahal usia saya baru 47 tahun. Saya lahir tahun 1966. Paru paru saya sudah rusak. Saya memaksa minta keluar dari rumah sakit, karena saya tidak mau meninggal disana. Jadi sekarang berobat jalan. Tapi dokter mengatakan ,saya harus banyak berdoa. Saya tahu apa arti kalimat itu..." katanya perlahan. Yaa ampuun... ternyata orang ini sebaya putra tertua kami. Serta merta saya ikut merasakan kesedihan hatinya. Seusia putra kami, tapi wajahnya, sudah seperti kakek-kakek.. Jack terdiam. Saya ikut diam karena tidak tahu mau bicarakan apa lagi. Jangan-jangan Jack tambah sedih. "Saya tinggal sendirian Effendi..." lanjut Jack ,dengan suara pelan. "Tapi mohon jangan berpikiran jelek keluarga saya. Mereka baik. Semuanya salah saya... Mereka masih mau menjenguk saya di rumah sakit dan mengajak saya pulang. Tapi saya malu, sudah terlalu banyak saya membuat mereka menderita..." Suara Jack seperti digumam dan matanya berkaca kaca,"Effendi. Maukah anda menolong saya?" "Tentu, kalau saya bisa, "jawab saya. Jack mengeluarkan sesuatu dari tas rangselnya dan menyerahkan pada saya. Haa... sebungkus rokok? "Hmm maaf Jack, saya tidak merokok." "Bukan Effendi. Lihatlah, ini cuma kotak rokok... empty... kosong,"katanya sambil membalikkan bungkus tersebut. "Anda tolong bagikan gambar ini pada keluarga dan teman teman Anda, boleh? Sampaikan pada mereka, Berhentilah merokok. Kalau anda mau bantu saya,bila saya mati besok,setidaknya saya sudah berbuat sesuatu, yaitu mengingatkan orang, agar jangan bunuh diri, seperti saya." Saya tiba tiba teringat Kompasiana. Maka langsung saya jawab:" Okay,dont worry Jack. I have many friend. Saya janji, akan membagikan gambar ini kepada minimal seratus orang..." "Anda serius...tidak mengangap saya gila kan? " katanya serius. "Ah, masa saya mau bicara sama orang gila?" jawab saya, mencoba bergurau.. Jack tertawa, wajahnya berubah menjadi sangat ceria.. Jack berdiri dan menyalami saya ,sambil menguncang tangan saya.. Sungguh ia amat senang, karena saya berjanji, akan memenuhi permintaannya. Jack langsung pamit. Kalau tadi wajahnya amat memilukan, sekarang ceria... Tinggal saya sendirian yang duduk termangu-mangu. Kasian Jack.sepertinya ia sudah diberitahu oleh dokter, Bahwa karena penyakitnya yang sudah terlalu parah,kemungkinan ia hanya bisa bertahan hidup tidak lama. Disini dokter akan bicara terus terang,apa yang terjadi pada pasien. Bukan untuk menakut nakuti,tapi untuk menjelaskan ,seberapa parah sakit pasien. Jack hidup sendirian, tidak ada siapa siapa yang akan menghiburnya,andaikan benar benar saat itu akan tiba... Mata saya basah...saya malu pada diri sendiri, Koq tiba-tiba jadi cengeng... padahal Jack baru saya kenal satu jam yang lalu. Mungkin karena kisah hidupnya yang tragis... [caption id="attachment_258857" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri/pesan Jack: tolong sampaikan pada teman-teman Anda"]

1370694589635550686
1370694589635550686
[/caption] Karena musim dingin,walaupun masih jam 6 senja,kelihatannya sudah seperti jam 10 malam. Maka saya ajak istri saya ,untuk pulang. Saya sudah berjanji dengan Jack, bahwa saya akan mengirimkan gambar dari bungkus rokok ini kepada minimal seratus orang teman teman saya. Janji itu adalah hutang, dan hutang harus dilunasi.  Maka saya duduk didepan laptop dan menyalin semua pembicaraan kami tadi sore. Walaupun saya pastikan Jack tidak mungkin membaca artikel ini,tapi minimal hatinya sudah lega,karena pesannya: "Jangan bunuh diri Anda",akan saya sampaikan. Saya berharap semoga tulisan ini, setidaknya dapat menyelamat beberapa orang ,agar berhenti merokok.Dan saya berdoa, semoga Jack yang sudah bertobat, diberikan jalan terbaik oleh Tuhan.

Renungan:

Saya berpikir, hidup ini memang terkadang tersandung pada misteri hidup. Orang yang tiap hari ketemu, belum tentu bisa jadi teman. Tetapi si Jack yang baru bertemu satu jam, namanya dan wajahnya sudah saya bawa pulang sampai kerumah. Bahkan namanya saya sebut didalam doa saya.. Untuk berteman dan bersahabat, memang tidak ditentukan oleh lamanya bertemu, tapi dari hati ke hati. Saya berbahagia, di Kompasiana saya memilihi banyak teman dan sahabat, walaupun belum pernah berjumpa face to face. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat, tidak hanya untuk yang merokok, (karena saya juga tidak pernah merokok), tetapi untuk semua orang. Minimal mengingatkan kita untuk selalu sadar diri, bahwa "Yesterday is a history....to day is a gift. and to-morrow is a mistery..." Selalu bersyukur untuk karunia hidup pada hari ini ,mengisinya dengan hal hal yang bermanfaat, tidak hanya bagi diri kita, tetapi juga untuk orang lain. Karena kita tidak tahu ,apa yang akan terjadi besok.... Salam hangat, Desa, Mt.St.Thomas..08 Juni.2013 Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun