Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Natal Terindah adalah Ketika Merayakannya di Tengah Keluarga

24 Desember 2015   09:39 Diperbarui: 24 Desember 2016   23:08 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Natal yang terindah adalah ketika merayakannya ditengah-tengah keluarga. Pesta besar-besaran di restoran mewah, sama sekali tidak ada hubungannya dengan arti dan makna Natal yang sesungguhnya. Perayaan Natal hanya dimanfaatkan sebagai sarana promosi dan bahkan menjadi salah satu komoditas dagang, yang sangat laris setiap tahunnya.

Inti dari Natal adalah:” Kasih” dan kasih itu adalah berbagi terhadap sesama yang tentu saja diawali dengan menerapkannya terlebih dulu dalam keluarga sendiri Karena keluarga adalah prioritas pertama dalam menapaki hidup di dunia ini.

Alangkah ironisnya, merayakan Natal besar-besaran diluar sana bersama orang lain, sementara dalam keluarga sendiri tidak ada kedamaian. Natal sudah dimaknai secara keliru dan naïf.

Aplikasikan Natal dengan Hidup Berbagi

Hampir setiap tahun, kami merayakan Natal secara sederhana. Diawali dengan terapkan berbagi didalam keluarga .Yakni dengan saling bertukar kado. Dan setiap anggota keluarga membeli kado sesuai isi dompetnya. Termasuk cucu-cucuyang berkerja part timer. Mereka tidak minta kado kepada orang tua, melainkan membeli dengan uang hasil kerja sendiri dan bagi yang belum bekerja, membeli kado dari menabung sebagian dari uang jajan.

Saat saat seperti ini adalah saat terindah dari perayaan Natal setiap tahunnya, diluar perayaan Natal dalam ritual keagamaan di gereja. Menyumbangkan sebagian dari uang atau pakaian layak pakai, untuk orang-orang yang tidak mampu, agar mereka juga dapat merasakan sepotong kasih dalam perayaan Natal.Tanpa memilah, mereka itu beragama apa ataupun mungkin tidak beragama. Beginilah kami memaknai Natal secara universal.

Sepotong Barang Tak Berarti Bagi Kita, Bisa Jadi Sesuatu yang Ditunggu Orang Lain

Jaket atau pakaian hangat, yang mungkin bagi kita sudah tidak digunakan lagi, bisa jadi bagi orang lain ,justru merupakan sesuatu yang sudah lama di dambakan. Terobsesi untuk terapkan hidup berbagi ,sungguh merupakan obsesi yang sangat manusiawi.

Atau mungkin juga ada beberapa buah jam tangan, yang sudah lama tidak dipakai dan hanya jadi pajangan dalam laci selama bertahun tahun,.Mengapa tidak dibagikan saja kepada orang lain.yang mungkin selama ini memimpikan untukmemiliki sebuah jam tangan?

Hidup berbagi,memang tidak dapat secara serta merta atau spontan terwujud, karena harus melalui proses purifikasi atau penjernihan hati kita masing masing.

Terapkan Natal Dengan Hidup Berbagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun