Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menghangatkan Ruangan Masih Pakai Kayu Bakar, Apa Alasannya?

29 Mei 2017   18:00 Diperbarui: 29 Mei 2017   18:32 2323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

negeri maju, warga masih gunakan kayu bakar,untuk  menghangatkan ruangan keluarga,pasti ada alasannya/dok.pribadi

Hari Ini Masih Gunakan Kayu Bakar? Apa Saja Kata Mereka?
Kalau dizaman dulu, bila udara dingin menyengat,maka orang menggunakan kayu untuk membuat api unggun,guna menghangatkan tubuh. Bagi yang tidak memungkinkan membuat api unggun,menggunakan tungku untuk menyalakan api dan seluruh anggota keluarga duduk mengelilingi api unggun ataupun tungku. Sangat sederhana, tapi sesungguhnya dalam kesederhanaan tersebutlah terjalin keakraban dalam berkeluarga. Berada dalam satu ruangan atau dalam satu linngkaran,sambil makan ubi bakar dan menyeruput kopi pahit,sungguh sungguh menciptakan kehangatan luar dalam.

camping-592bfe95537b616d770a1b8a.jpeg
camping-592bfe95537b616d770a1b8a.jpeg
duduk bersama anggota keluarga,sambil menikmati secangkir kopi hangat,sungguh  sebuah kehangatan luar dalam/dokpribadi
Menanak nasi juga membutuhkan api ,maka diperlukan kayu api untuk digunakan menanak nasi. Kayu bisa berasal dari dahan yang sudah kering,maupun pelepah pohon  kelapa yang sudah dikeringkan. Sementara ,yang namanya tungku adalah terdiri dari batu batu yang disusun,sedemikian rupa,hingga dapat meletakkan periuk nasi. Hal ini bukan hanya cerita atau hasil dari searching di google,tapi saya alami sendiri.Saya yang menyusun tungku untuk membantu ibu saya dan mencarikan kayu dan ranting kering untuk dibakar,guna menanak nasi.


Bila pada waktu itu,ada yang berani mengatakan,bahwa nasi bisa masak tanpa menggunakan kayu bakar,pasti akan dicap sebagai penyebar hoax atau penghayal. Dan yang terlebih parah lagi,bisa mendapatkan stigma, sebagai orang yang mengingkari kebesaran kodratnya sebagai manusia


Belakangan Orang Menanak Nasi Tanpa Api dan Semuanya Diam

Belakangan ternyata,apa yang dahulu dikatakan tahayul atau disebut mengunakan kuasa kegelapan,kemudian menjadi hal yang diterima oleh dunia dan semua suara diam. Bahkan untuk menghangatkan diri,bila udara dingin,apalagi dimusim dingin,orang tidak perlu lagi bersusah payah mengumpulkan kayu api,karena sudah ada heater atau alat pemanas. Cukup menekan tombol :"On" dan tinggal mengatur,seberapa hangatnya udara dalam ruangan yang dikehendaki.


Tetapi Tidak Semua Orang Mengikuti Perkembangan Zaman
Akan tetapi ternyata tidak semua orang mengikuti perkembangan zaman,terutama dalam hal pemanasan dalam ruangan keluarga. Masih cukup banyak yang tetap mempertahankan gaya lama,yakni menyalakan kayu bakar ,untuk menghangatkan udara dalam ruangan. Kendati sudah menggunakan pipa saluran ,untuk mencegah agar asap tidak mengganggu pernafasan,namun tetap menggunakan kayu untuk dibakar.
Sore ini,kami mengisi BBM di salah satu Pompa Bensin di Joondalup.Disana juga tersedia kayu api,yang sudah dipotong potong dan dikemas dalam kantung plastik kecil ,yang berisi antara 8 -10 potong kayu,tergantung besar dan kecilnya. Harga per kantung adalah 15 dolar atau setara Rp. 150.000 .-- rupiah . Kalau membeli sekaligus 3 pak,maka seharusnya membayar 3 X 15 dolar = 45 dolar,di diskon 5 dolar,sehingga cukup membayar hanya 40 dolar atau senilai 400 ribu rupiah.


Mengapa?
Menurut salah satu petugas di Pompa Bensin ,yang juga bertugas menjual kayu bakar ini, dari tahun ke tahun,di musim dingin,kayu bakar tetap laris. Walaupun sesungguhnya setiap rumah memiliki air condition dan heater,namun masih cukup banyak keluarga yang menggunakan kayu bakar untuk menghangatkan udara di dalam ruangan keluarga.
Alasannya adalah bilamana selalu menggunakan heater,maka kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga ,sambil saling bercerita pengalaman sehari harian,menjadi hilang. Begitu selesai makan malam,masing masing masuk kedalam kamar dan sibuk urusan sendiri sendiri. Dan bilamana hal ini terus berlanjut,maka secara tanpa sadar,terjadi penurunan keakraban antar sesama anggota keluarga.


Duduk mengelilingi perapian,sambil menikmati secangkir capucinno dan saling bercerita berbagai pengalaman yang lucu dan unik,sungguh terasa sangat menyejukkan hati. Tidak seorangpun  yang memaingkan Hp selama berada dalam ruang keluarga. Kalau ada kepentingan mendesak untuk menelpon,maka yang bersangkutan minta izin untuk kelaur sesaat. Jadi aturan santun yang berbeda dengan di negeri kita,tapi setidaknya,dapat menjadi masukan berharga bagi kita,bahwa orang "bule" yang selama ini mendapatkan stigma sebagai tipe orang yang egois,ternyata masih tetap menomor satukan huibungan kekeluargaan,walaupun bukan berarti mereka lebih baik daripada kita.
Hanya butuh waktu kurang lebih satu jam,untuk duduk dekat perapian sambil saling bertukar cerita,sebelum masing masing sibuk dengan urusan pribadi dikamarnya.

Penghujung musim gugur , Burns Beach, 2017
Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun