Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mencicipi Masakan Restoran Indonesia Pertama di Wollongong

17 Februari 2016   13:56 Diperbarui: 17 Februari 2016   17:15 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Cici, putri bungsu bu Jenny, bekerja sambil tersenyum"][/caption]Karena jarang makan diluar, kami baru tahu bahwa ada Restoran Indonesia di Kota Wollongong. Sehingga kemarin, sewaktu kunjungan Kompasianer Rudy Geron dan istri tidak kami ajak kesini. Siang ini, kami diajak puteri kami untuk mencicipi masakan di restoran Indonesia yang pertama di kota Wollongong. Tepatnya berlokasi di Jalan Princes Highway, Fairy Meadow 86 A.

Kami disambut oleh Bu Yenny, asli Bukittinggi. Bersama suaminya Frank dan putri bungsu mereka, nama Cici. Restoran ini terletak dipinggir jalan utama, sehingga memudahkan bagi yang ingin menikmati masakan Indonesia.

Menurut bu Yenny, restoran ini baru diresmikan dan masakannya sengaja dimodifikasi. Tidak persis rasa masakan dirumah makan Padang pada umumnya, sehingga tidak terlalu pedas dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Restoran ini tidak terlalu besar, tampak ada 6 meja yang tersusun dengan kapasitas 6 sampai 8 orang per meja. Namun dibagian belakang masih ada ruang untuk menampung tamu, bila bertepatan banyak yang berkunjung. Sekaligus bagi yang ingin merayakan ulang tahun secara terpisah.

[caption caption="Rumah makan Indonesia pertama di wollongong/tjiptadinata effendi"]

[/caption]

Harga Makanan Rata-rata 15 Dollar

Harga makanan disini berkisar antara 13 -17 dolar atau dipukul rata kira kira seharga 15 dolar. Yang terdiri dari, nasi + rendang + gado gado + air minum. Ada pilihan lain, ayam goreng dan sambali lado, serta ayam rica rica, yang harganya juga hampir sama.

Dan walaupun nama Restoran ini bukan "Rumah Makan Padang", tapi karena pemiliknya dan sekaligus juru masaknya berasal dari Padang, maka sudah dapat diterka, masakan andalanya adalah rendang Padang. Dagingnya sangat empuk, namun kurang pedas menurut lidah orang Padang, seperti saya. Hal ini sudah dijelaskan oleh bu Yenny, bahwa kalau dibuat pas masakan Padang, maka tamu dan anak anak yang tidak terbiasa makan masakan pedas, tidak dapat menikmatinya.

[caption caption="gambar anak anak ditempel di dinding"]

[/caption]

Kami berempat bersama putri kami Irvianty dan ada Leo, yang juga dari Jakarta yang sedang menyelesaikan S3 dibidang hukum di Wollongong University. Masih ada Elaine asal Malaysia dan Lisa asli Australia, sehigga total 7 orang. Masing-masing memesan sesuai selera. Dimusim panas ini ruangan yang full air condition, tentu memberikan kenyamanan dan merupakan nilai tambah dari restoran ini.

Dinding Penuh Dengan Lukisan Anak Anak

Disamping gambar rumah adat Minangkabau yang terpajang megah didinding bagian kanan, di dinding kiri, tampak penuh dengan lukisan anak anak. Menurut Bu Yenny, gambar ini merupakan hasil karya anak anak yang ikut bersama orang tua mereka makan disini. Dengan dipajangnya gambar mereka di dinding, merupakan kebanggaan bagi mereka dan orang tua. Dan hal ini merupakan motivasi, mereka untuk kembali makan dan menggambar disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun