Bila kita kebetulan bepergian ke daerah Cipanas, di emperan rumah-rumah makan akan kita temui anak-anak muda mengelar lukisannya untuk di jual. Harganya relatif sangat murah. Tanpa perlu main tawar menawar dengan mengeluarkan dana sekitar dua ratus ribuan sudah dapat memilih lukisan tangan hasil karya mereka.Â
Tersentuh menengok kondisi mereka, tidak jarang orang membeli lukisan, walaupun sesungguhnya tidak tahu mau di gantung dimana. Hanya semata karena terdorong oleh rasa simpati terhadap usaha mereka untuk tetap dapat hidup sebagai Pelukis jalanan.
Hal ini tidak hanya ditemukan di daerah wisata seperti di Cipanas, Puncak atau di Bali tapi juga di daerah wisata lainnya, seperti di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Namun, apalah artinya bila menunggu simpati dari masyarakat yang hanya berkunjung dan membeli lukisan mereka mungkin hanya sekali dalam setahun. Menyaksikan semuanya ini, saya jadi ingat salah satu cucu kami Richard yang menekuni seni lukis sejak masih kecil dan saat ini duduk di semester 3 di Fakultas Seni di Jakarta. Akankah kelak Richard harus mengelar tikar di emperan toko untuk menjajahkan lukisannya? Dan ada ribuan "Richard "lainnya di Indonesia, yang hingga kini sangat rumit untuk hidup sesuai dengan passion-nya.
Walaupun ada frasa "Menekuni pekerjaan sesuai passion akan mengantar Anda menuju sukses," tapi sungguh sangat diragukan, apakah hanya dengan menunggu belas kasih atau empati dari para pengunjung yang akan membeli lukisan mereka?
Kemarin siang, saya sempat berdialog singkat dengan anak-anak muda pelaku seni lukis yang sedang menekuni mempersiapkan karya mereka, yakni melukis wajah di dinding. Ada 3 orang dalam kelompok seni ini. Yang ketiganya masih berusia muda. "Maaf dik. berapa lama mempersiapkan sebuah lukisan dinding ini?" tanya saya.
Salah satunya menolehkan wajahnya kepada saya dan tersenyum, sambil berkata "Nama saya Abdi.. Pak. Kami bertiga. Itu teman saya namanya. Zul dan Faizal (nama yang disebut tidak begitu jelas, karena ramainya orang berlalu lalang). Biasanya kami dapat mempersiapkan selama lebih kurang sepekan,"
"Sudah berapa lama Abdi dan teman-teman melukis di dinding hotel?" tanya saya lagi.Â
"Sudah cukup lama pak. Habis disini,masih banyak lagi pekerjaan, karena hotel baru banyak selesai dibangun," katanya dengan wajah ceria. Namun menengok mereka sangat sibuk, maka tentu tidak tega saya mengganggu mereka lebih lama.
Lukisan dinding ini dapat disaksikan di jalan menuju ke Tower 3 yang baru siap dibangun tahun ini. Masih berada di bangunan induk First World Hotel yang merupakan hotel dengan kamar terbanyak di dunia.