Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Terjebak Euthanasia Mandiri

22 Juli 2017   07:32 Diperbarui: 22 Juli 2017   17:41 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hindari Euthanasia Mandiri

Menurut perspektif dari sudut kemanusiaan, euthanasia  adalah melanggar hak hidup seseorang, Karena orang yang sakit, seharusnya dilindungi, dicarikan jalan keluarnya agar dapat sembuh dan menjalani hidup secara normal lagi. Tetapi disudut lain ada alasan bahwa penyakit yang diderita seseorang menurut medis sudah tidak ada lagi harapan untuk dapat sembuh. Sedangkan akibat yang diciptakan oleh penyakitnya adalah rasa sakit yang tak tertanggungkan. Oleh karena itu, terjadilah pro dan kontra .Keduanya mengatasnamakan demi rasa kemanusiaan.

Akan tetapi, bukan bidang saya dan sama sekali tidak dalam kapasitas untuk membahasnya. Karena itu hanya ingin menuliskan tentang praktek  euthanasia mandiri yang sudah dulu hingga kini masih terus berlanjut.

Penyebabnya Adalah Problema Kehidupan

  • patah hati
  • kesedihan mendalam
  • tekanan hidup
  • merasa dilecehkan
  • dikhianati oleh orang terdekat
  • pukulan batin yang bertubi tubi
  • dan sebagainya

Ada yang spontan mengambil jalan tol, yakni gantung diri, minum racun, hara kiri dan lain lainnya. Contoh, salah satu tetangga kami di Padang bunuh diri karena ditendang oleh anak kandungnya sendiri, Karena mau minta uang tidak diberikan. Sakit karena ditendang tidak seberapa, tapi hatinya yang terluka dalam dan menyebabkan wanita ini minum baygon. Tidak langsung meninggal dan sempat dirawat di rumah sakit, tapi karena ususnya sudah terluka parah akibat racun, maka seminggu kemudian baru tercapai tujuannya untuk mati.

Satu lagi contoh lain, masih tetangga juga. Dia menderita berbagai gangguan kesehatan, sehingga tidak dapat bekerja. Merasa menjadi beban bagi keluarganya selama bertahun-tahun, pria ini nekad memotong nadinya sendiri dan baru ketahuan setelah meninggal di belakang kelenteng di Padang. 

Ada juga yang  mencoba melarikan diri dari kenyataan dengan minum alkohol atau mengonsumsi obat-obat penenang secara serampangan. Semakin hari dosisnya ditambah terus, hingga suatu waktu tubuh tidak lagi mampu menahannya dan sukses dalam upayanya melakukan eutahnasia mandiri

Perlu Mawas Diri

Hidup selalu ada masalah dan adalah sebuah kebohongan besar, bilamana ada yang mengatakan tidak ada masalah. Namun setiap orang memiliki sikap mental tersendiri dalam menghadapi masalah hidup. Karena itu perlu sedini mungkin kita mawas diri ,agar tidak terjebak melakukan euthanasia mandiri ini.

Didiklah anak-anak kita dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Kita sebagai orang tua, cukup mengawasi dan memberikan saran. Mengambil alih semua masalah anak, bukanlah jalan yang baik karena justru menyebabkan anak-anak kita tidak mampu mandiri dan ketika kelak ada masalah hidup yang menimpanya akan langsung putus asa.

Memberikan kasih sayang kepada anak-anak, juga harus secara cermat dan bijak. Jangan sampai kita melakukan salah asuh yang kelak akan merugikan mereka.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun