Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bersahabat Bukan Hanya Ketika Kita Membutuhkan Mereka

14 November 2014   14:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415924148672683861

Bersahabat BukanHanya Ketika Kita Membutuhkan Mereka

Bersahabat bukan hanya ketika kita membutuhkan sahabat sahabat kita, tetapi nilai persahabatn itu justru akan teruji ketika mereka membutuhkan kita.Di dalam dunia bisinis dan politik,memang tidak ada persahabatan yang sejati. Yang ada hanya persahabatan semu. Selama kita masih berguna,maka kita dijadikan sahabat.tetapi begitu kita tidak lagi menjadi sosok yang diharapkan,maka sejak saat itu: ”persahabatan “ ini akan pupus.

Dalam kedua dunia ini, setiap langkah dihitung,berdasarkan untung dan rugi. Setiap kali orang melangkah untuk berbuat sesuatu,maka pertanyaan yang muncul di kepalanya adalah, ”Kalau saya memberikan ini, apa yang akan saya dapatkan sebagai gantinya?“ Bila yang akan diperoleh dari suatu pemberian itu kurang nilainya daripada yang diberikan, maka dalam persahabatan semu ini, dipastikan orang akan membatalkan rencananya untuk memberi atau berbuat sesuatu untuk para sahabatnya.

Kesimpulan diatas ,bukan hasil imaginasi saya, tetapi pengalaman hidup pribadi yang pernah saya alami. Ketika kami sukses,teman dan sahabat luar biasa banyaknya. Hampir tiap jam ada telpon masuk,menanyakan, ”Apa kabar?“ wah, hidup bagaikan berenang dalam madu dan wangi.

Namun suatu waktu , saya ditimpah musibah,karena modal saya ditipu sahabat dagang. Saya jatuh sakit dan bangkrut. Sejak itu bagaikan ada tsunami yang melanda kehidupan saya. Hampir semua teman dan sahabat,bahkan kerabat saya, hilang sirna dan tidak pernah menelpon ,apalagi berkujung. Bahkan ketika saya telpon, jawaban yang klise adalah, ”Aduh... maaf, nggak bisa dengar, saya lagi nyetir nih... maaf yaa"

Bahkan ketika ketemu di salah satu mall, sahabat saya bagaikan ketakutan.Ketikasaya sapa, malah gugup dan buru buru melihat ke jam tangannya dan mengatakan:” Aduh ,maaf ya saya ada meeting.”

Menusuk sampai Kelubuk Hati yang Terdalam

Jawaban yang saya terima dan sikap yang ditunjukkan oleh sahabat sahabat saya, sungguh sungguh bagaikan sembilu yang mengiris langsung kelubuk hati saya yang terdalam. Saya bersyukur, masih ada dua tiga orang yang masih tetap menjalin hubungan persahabatan dengan saya.

Pelajaran teramat pahit,namun sangat berharga dan tidak pernah akan diperoleh diperguruan tinggi manapun, saya jadikan monument dalam jiwa saya. Agar jangan pernah saya melakukan hal yang sama, seperti yang saya alami. Sejak saat itu ,setiap kali bertemu dengan seorang sahabat, pertanyaan yang lahir dengan spontan dalam diri saya adalah, ”Apa yang dapat saya berikan pada sahabat saya ini? Mungkin sebuah buku, sebuah coin atau mungkin mengajak minum secangkir kopi?”

Tulisan ini,sama sekali tidak bermaksud mencariprivate branded, bahwa saya adalah orang yang baik.. Jauh dari maksud tersebut, karena saya tidak ingin menjadi sosok yang munafik.

Satu satunya tujuan saya memposting cuplikan biografi ini,adalah sekedar untuk sharing pengalaman hidup. Bahwa dalam hidupitu kita masing masing harus melalui seleksi alam yang amat ketat. Disinilah kesempatan kita untuk belajar, untuk tidak melakukan hal hal yang bisa melukai perasaan orang lain, baik dengan tulisan, maupun dengan sikap kita.

Untuk dapat bertemu dengan semua teman dan sahabat ,kami khusus akan terbang dari Sydney ke Jakarta, agar bisa hadir dalam KOMPASIANIVAL  di TMII

Apa yang kami cari? Hanya  satu:" Persahabatan"

Bersahabat itu bukan hanya ketika kita membutuhkan sahabat,tetapi justru nilainya terletak, pada saat sahabat kita membutuhkan uluran tangan kita. Untuk bisa menjalin persahabatan, tidak ada halangan beda suku,bangsa,latar belakang pendidikan dan agama,asal ada niat baik,yakni saling menghargai dan saling menghormati.

Mohon maaf, saya bukan bermaksud menggurui, tapi karena saya sudah mengalami semuanya,sebagai bagian dari lika liku hidup saya,maka dengan niat baik, saya tampilakan tulisan ini . Semoga bermanfaat.

Mount Saint Thomas, 14 November, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun