Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Menghargai dari Seorang Penjaga Malam

22 Februari 2017   08:30 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:24 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: Pak Selamat ini,adalah Guru saya dalam ilmu kehidupan, Masih menyimpan mainan kunci yang saya berikan selama lebih dari 10 tahun lalu. Pak Selamat menjadi guru ,yang mengingatkan untuk menghargai pemberian orang ,sekecil apapun dan dalam bentuk apapun/foto dokumentasi pribadi

Dibangku sekolah, kita belajar dari guru yang memang sudah mempersiapkan diri menjadi Pengajar dan Pendidik, tapi dalam kehidupan, guru itu bisa saja orang yang tidak menyandang gelar sarjana, bahkan mungkin saja tidak pernah duduk di bangku kuliah. Karena beda ruang dan beda keilmuan yang diajarkan. Disekolah diajarkan Ilmu Pengetahuan, sedangkan guru kehidupan mengajarkan kita Ilmu Kehidupan.

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, bagi saya Guru yang mengajarkan tentang hidup berbagi justru adalah putra pertama kami yang waktu itu belum genap 6 tahun, tapi tanpa disuruh memecahkan tabungannya dan menyerahkan seluruh isi tabungannya kepada bu Upik untuk membeli obat bagi anaknya yang sakit. Satu lagi Guru saya adalah bu Fatimah yang mengajarkan bagaimana hidup berbagi ketika almarhumah  memberikan kepada saya sepotong ubi rebus sewaktu saya terkapar sakit di bus ALS dalam perjalanan Medan -Padang. Pak Selamat, penjaga malam mengajarkan kepada saya tentang bagaimana ia masih menyimpan, mainan kunci pemberian saya selama bertahun-tahun.

Pernah Merasakan Pemberian Kita Tidak Dihargai Orang Lain?

Kalau jawabannya adalah pernah, berarti sangat baik. Lha,koq gitu? Benar yang namanya pelajaran terbaik itu adalah apa yang telah kita alami. Experience is the best teacher. Karena sudah merasakan betapa menyakitkan, ketika pemberian kita kepada orang lain dibiarkan tergeletak di lantai atau bahkan dibuang. Apalagi pemberian yang kita bawa dengan berbesar hati, karena bagi kita sungguh merupakan sesuatu yang berharga ternyata bagi yang menerima, jangankan berterima kasih malahan dianggap sesuatu yang membebaninya.

Sepotong Kisah Kecil

Suatu waktu sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Boss yang sudah menerima saya kerja paruh waktu di kantornya, saya mengantarkan sebuah nangka yang sudah matang,dari pohon yang tumbuh di pekarangan rumah kami. Sejujurnya, saya sendiri belum pernah mencobanya karena ini adalah buah pertama.

Saya membayangkan bahwa Boss akan senang hati menerima pemberian ini. Tapi ternyata ketika saya antarkan kerumah Boss saya, penerimaaannya sungguh membuat hati saya terluka. Buah nangka yang baru saya antarkan ke rumahnya, bukannya disambut dengan sekedar ucapan terima kasih, tapi langsung mengatakan ” Bawa apaain nih, ntar rumah gua jadi bau. Ya sudah,taruh saya di sana." yang diucapkan dengan kening berkerut. Seakan pemberian saya menyebabkan suasana dirumahnya menjadi terganggu.

Saya langsung pamit dengan perasaan terluka, tapi  belum pergi saya dari sana, boss saya memanggil sopirnya ” Tardi, tuh ambil barang tuh, lu bawa pulang saja ya. Gua nggak mau tuh."

Pelajaran Hidup

Hal ini sudah lama terjadi tentu saja tidak ada dendam, tapi saya jadikan pelajaran hidup yang berharga bagi diri saya untuk jangan pernah melakukannya terhadap siapapun.

Sebenarnya hukum hidup itu tidak rumit rumit amat. Tidak perlu harus duduk di bangku kuliah jurusan falsafah untuk memahami falsafah hdiup. Karena sangat simple dan sederhana, yakni  hargailah orang lain sebagaimana kita ingin dihargai. Jangan lakukan pada orang lain, hal-hal yang kita sendiri tidak ingin diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun