Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Itu Terkadang Teramat Menyakitkan

2 Desember 2019   06:19 Diperbarui: 2 Desember 2019   06:20 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
brainworldmagazine.com

Tapi Pilihan Harus Dilakukan

Pernah menonton film hitam putih ,yang berjudul The Last Choice? Film ini diangkat ke layar lebar dari kisah nyata para penumpang kapal yang karam dihantam gelombang di tengah laut Karibia. Sebagian dapat menyelamatkan diri dengan menggunakan sekoci. Tapi sekoci yang terakhir muatannya melebihi kapasitas.

Kapasitas untuk 8 orang sudah dijejali oleh 12 orang ,yang terdiri dari anak-anak dan para wanita ,serta satu orang pria yang mengemudikan . Sekoci itu sudah tidak memungkinkan lagi dapat menampung para penumpang lainnya. Ketika siap untuk dijalankan, tiba-tiba ada tangan-tangan yang menggapai dan berteriak minta tolong. Ternyata ada dua orang pria yang masih berusaha untuk menyelamatkan diri Bahkan memegang pinggir sekoci dan berusaha untuk naik. 

Seandainya dibiarkan ,maka dipastikan sekoci akan karam dan semuanya akan tewas. Bayangkan bagaimana perasaan pengemudi sekoci ketika dengan perasaan hancur, ia harus melepaskan tangan tangan yang menggapai pinggiran sekoci dan meninggalkan mereka disana. Sempat terdengar teriakan satu dua detik untuk kemudian keduanya hilang ditelan gelombang.

Memilih itu Terkadang Sangat Menyakitkan

Membaca kisah diatas,mungkin dalam hati kecil kita bergumam:"Tega amat Pengemudi sekoci tersebut ,melepaskan tangan tangan yang minta tolong" Tapi kalau kita berpikiran jernih,maka kita sadar ,bahwa bagi Pengemudi tersebut,kondisi tersebut ,sungguh merupakan hal yang teramat menyakitkan.Tapi ia harus memilih,melepaskan tangan tangan yang memegang pinggiran sekoci atau membiarkan mereka naik dan seluruh penumpang akan tenggelam?

Bersyukurlah kita karena tidak dihadapkan pada pilihan seperti kisah diatas. Ada banyak masalah hidup yang membuat kita tidak puas dan berontak dalam hati. Karena harapan kita yang begitu indah ,ada kalanya bagaikan terhempas dan hancur  Kita dihadapkan pada pilihan:menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan  atau mengikuti kata hati, sehingga tidak ada lagi yang dapat diselamatkan? 

Memilih Yang Terbaik Dari Yang Terburuk

Hidup sejatinya tidak seperti kisah dalam film. Cinderella,dimana setelah menikah,maka Putri dan Sang Pangeran,hidup berbahagia selama lamanya. Dalam kehidupan sesungguhnya,hal tersebut tidak akan pernah ditemui .

Tidak jarang kita dihadapkan pada situasi kehidupan yang keras, kejam, dan tak berbelas kasih. Bila hal ini terjadi, maka tugas kitalah untuk mengambil keputusan yang tepat dan cermat yakni memilih yang terbaik dari antara yang terburuk.

Pada kondisi ini, maka perasaan harus mengalah dengan akal budi kita. Karena kalau mengikuti perasaan, maka kemungkinan besar setiap orang akan menolak untuk berkompromi dengan situasi dan kondisi yang terasa amat menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun