Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Contoh Nyata Cinta yang Tulus

27 November 2019   04:30 Diperbarui: 27 November 2019   04:34 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikhlas Melupakan Gengsi
Ada kalimat motivasi yang indah ,yakni :"Jatuh bangun dalam perjalanan hidup ,adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari romantika kehidupan. " Kedengarannya indah banget .Tapi apa mudah diucapkan dan enak di dengar,berbeda dengan ketika kita sendiri yang merasakannya.

Nah, singkat kisah, saat sedang enak enaknya menikmati kesuksesan ,setiap tahun berlibur ke luar negeri dan ganti kendaraan baru ,tiba tiba badai kehidupan itu tiba dan memporak porandakan  semuanya.

Penyebabnya adalah kepercayaan yang kebablasan ,telah menyebabkan barang yang diekspor ke Singapore sejumlah 65 ton ,tidak dibayar oleh mitra bisnis kami. Masih terpana atas apa yang terjadi,salah seorang karyawan kepercayaan kami,yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri,melarikan uang perusahaan dalam jumlah besar. 

Hal ini ,menyebabkan saya shock dan jatuh sakit. Menjadi pemurung dan pikiran menjadi buntu. Membangun dari puing keruntuhan jauh lebih sulit ,ketimbang membangun diatas tanah kosong.

Sementara itu ,untuk biaya berobat saya,juga membutuhkan uang yang tidak sedikit dan anak anak masih duduk di bangku SD . Istri saya minta izin untuk menjual sedan Corolla kami dan menggantikan dengan kendaraan Toyota Kijang,untuk digunakan antar jemput anak anak sekolah. Saya hanya mengiyakan ,karena semangat hidup yang hampir padam.

Bangun dari Mimpi Buruk Kehidupan
Suatu malam,saya melihat wajah istri saya yang pucat dan tubuh yang kurus,karena sejak subuh sudah harus mempersiapkan ketiga anak anak ke sekolah,kemudian mulai tugas antar jemput anak anak sekolah,demi agar kami dapat bertahan hidup. Menyaksikan hal ini,tiba tiba saya sadar dari mimpi buruk kehidupan. Ada rasa penyesalan yang amat dalam.

Betapa teganya saya membiarkan istri saya seorang diri ,menanggung beban atas kesalahan saya terlalu percaya pada mitra bisnis dan karyawan. Malam itu saya menangis dan mohon ampun kepada Tuhan,atas kesalahan yang sudah saya lakukan,karena begitu tega mengalihkan beban hidup yang seharusnya ada di pundak saya,kepada wanita yang menjadi istri saya.

Saya baru sadar,betapa istri saya menanggung beban lahir batin.Selain dari harus bangun setiap subuh dan mengerjakan semua urusan rumah tangga,masih harus buru buru melakukan tugas antar jemput anak anak sekolah.

Saya dapat merasakan,betapa istri saya harus ikhlas melepas semua gengsinya,selama bertahun tahun menjadi istri boss ,naik sedan kemana mana ,diantarkan sopir untuk berbelanja,kini harus menjadi Sopir antar jemput. Namun ia menjalani semuanya,tanpa pernah mengeluh. Saat itu saya bagaikan anak kecil yang sadar atas kesalahan yang telah saya lakukan dan menangis .

Saya bertekad untuk bangun dari mimpi buruk dan mulai berusaha lagi dari nol. Walaupun saya memahami bahwa membangun dari puing keruntuhan ,jauh lebih sulit ,ketimbang membangun dari awal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun