Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Hati Kita Risau, Apa yang Harus Dilakukan?

9 November 2019   06:19 Diperbarui: 9 November 2019   06:20 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest

Ada Begitu Banyak Problema Kehidupan

Bangun pagi, suasana hati terasa galau, entah apa sebabnya. Pikiran serasa menemui jalan buntu. Bertubi tubi problema kehidupan seakan tumpang tindih dalam batin, sehingga tidak ada lagi ruang kedamaian disana. Bahkan apa lagi yang mau dikerjakan pada hari ini kita tidak tahu. Rasanya setiap langkah kita selalu terbentur dinding.

Kondisi seperti ini bisa merambah siapa saja karena yang namanya masalah hidup bukanlah semata faktor ekonomi melainkan mencakup seluruh ruang kehidupan. Bagi yang kondisi ekonomi keluarga morat marit, mungkin penyebabnya adalah masalah finansial, tetapi bagi yang kehidupannya secara ekonomi sudah mapan mungkin penyebabnya adalah faktor non materi. Begitulah hidup ini, tidak selalu terjadi menurut harapan kita. Bahkan tidak jarang yang terjadi justru bertolak belakang dengan apa yang kita dambakan.

Hati Yang Risau Berpotensi Merusak Keharmonisan Rumah Tangga 

Bila suasana hati yang risau dan galau ini dibiarkan berlarut larut, maka akan mengimbas bukan hanya pada diri kita pribadi, tapi juga menebar energi negatif pada seluruh anggota keluarga kita. Sehingga berpotensi merusak keharmonisan dalam rumah tangga. Suasana hati yang risau dan galau menyebabkan kita menjadi murung dan tingkah laku kita menjadi serba canggung. Secara tanpa sadar akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku kita. Dari  sosok yang biasa peramah dan santun serta penuh belas kasih, bisa berubah menjadi sosok yang kasar tanpa perasaan

Perlu Waktu Untuk Refleksi Diri

Sediakan  waktu kepada diri kita untuk melakukan refleksi atau renungan diri Tentang mengapa kita mau membiarkan pikiran kita menguasai hati kita. Mengapa segala masalah hidup kita tanggapi dengan sikap negatif atau apriori dan sinis. Mengapa kita tidak mau menerima kenyataan atau realita, bahwa sesungguhnya hidup itu sendiri selalu penuh dengan masalah. Life is a problem, No problem means life is ended. Hidup penuh dengan masalah Bila tidak ada lagi masalah,berarti hidup kita sudah selesai

Selama kita masih bernafas. masalah hidup tak akan pernah berakhir. Tergantung dari sikap kita menghadapinya. Bila kita membiarkan pikiran kita memenjarakan hati kita, maka semakin hari kita akan mengalami stres berkepanjangan.

Kita tidak mungkin dapat mengontrol keadaan yang memang harus terjadi, tapi yang dapat dilakukan adalah mengontrol pikiran kita. Mengontrol pikiran kita, berarti kita sudah dapat mengontrol diri sendiri. Jangan lupa, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menghadirkan kedamaian dalam diri kita kecuali kita sendiri. 

catatan: ditulis berdasarkan pengalaman pribadi ketika mengalami hidup dalam keterpurukan selama bertahun tahun.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun