Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Kita Sehat, Makan Apa Pun Enak Rasanya

1 November 2019   20:05 Diperbarui: 1 November 2019   20:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: bersama anak mantu dan cucu di gunung /dokumentasi pribadi

Bila Sakit,Maka Apapun yang Dimiliki Tak Dapat Lagi Dinikmati

Kedengarannya sudah kuno dan usang, tapi sesungguhnya, banyak orang yang melupakan hal ini, karena dianggap sudah tidak lagi relevan dengan kemajuan zaman.

Orang baru sadar,bila sudah terkapar sakit, bahwa walaupun memiliki uang banyak dan bisa berobat keluar negeri, tapi ada sesuatu yang hilang dari diri, yakni keceriaan Seenak apapun makanan dihidangkan, sudah tidak dapat lagi dinikmati. Bahkan untuk bisa tidur saja, butuh minum obat penenang, agar bisa tidur 

Rumah Mewah ,Tapi Berdiri Saja Tidak Mampu
Sewaktu kesempatan pulang ke tanah air , kami menyempatkan mengunjungi sahabat lama yang sudah lama sakit.Rumahnya di  Pondok Indah,luas dan megah.

Di garasi ,tampak kendaraan mewah,masih terbungkus dengan plastik. Tapi semuanya ini sama sekali tidak dapat dinikmati oleh sahabat lama kami. Ia terbaring ditempat tidur. Ketika kami tiba, mencoba duduk,tapi tidak mampu. Ada dua orang perawat yang khusus merawatnya sepanjang hari ,maklum orang kaya. Tapi apa katanya kepada saya?

"Effendi, anda berdua sungguh beruntung, sehat dan segar bugar. "kemudian  terdiam dan tak kuasa menahan tangisnya. Lalu dengan tersendat melanjutkan:" Kalau saya boleh memilih, alangkah nikmatnya hidup seperti anda berdua. Masih bisa nyetir sendiri dan kemana mana berdua.

Saya untuk makan saja,harus disuapin  dan mandi di mandikan" Lalu Robert, sahabat kami tidak mampu melanjutkan pembicaraan.Nafasnya memburu, mungkin karena kondisi sakitnya dan ditambah dengan perasaan sedih yang mengayut di hati. Kedua Suster buru buru datang dan mengatakan,kepada kami: "Mohon maaf bapak dan ibu. Pak Robert,tidak boleh berbicara terlalu banyak. "

Karena kondisinya sangat lemah,maka saya hanya memegang tangannya dan tidak berkata apa apa lagi. Dan ketika tampak Pak Robert tertidur,kami hanya berbicara dengan istrinya,yang juga tampak tidak sehat dan berbicara tidak menentu..Akhirnya dengan perasaan sedih,kami pamitan

Menangis Setiap Kali Saya Telpon
Setelah kami kembali ke Australia ,saya mencoba menelpon sahabat saya Robert. Tapi begitu terdengar :"Halo" saya hanya mendengar suara Robert menangis sangat sedih. Disatu sisi,saya ingin sekali menghiburnya dengan sering menelpon,tapi karena setiap kali saya menelpon,Pak Robert terus menangis,maka akhirnya saya tidak tega untuk menelpon lagi,karena hanya akan membuat ia semakin sedih

Sehat jauh Lebih Berharga Dibanding Kekayaan
Menyaksikan semuanya ini, disatu sisi kami sangat sedih,sahabat kami yang dulu gagah dan berbadan tegap,ketika bertemu ,sungguh saya sama sekali tidak dapat lagi mengenal wajahnya yang seakan sudah rapuh.

Kami jauh dari sebutan kaya, tapi bersyukur, kami dikaruniai kesehatan lahir batin. Dengan tubuh yang sehat,makan sebungkus mie rebus saja ,sudah sangat nikmat rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun