Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Quo Vadis Indonesia?" (Habibie)

27 September 2019   17:51 Diperbarui: 27 September 2019   17:56 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://kelaspakteha.blogspot.co.id

Kita Kuat Tapi Lemah (Kuat dalam anarkisme, lemah dalam menghadapi tantangan global)

Walaupun Pak Habibie sudah meninggalkan kita semua dan menemui wanita yang paling dicintai dalam hidupnya, tapi  bukan berarti nasihat dan petuah-petuahnya boleh kita lupakan begitu saja. Salah  satu petuah, yang sangat relevan dengan kondisi tanah air kita terkini adalah sebagai berikut:

JAKARTA, KOMPAS.com - Bacharuddin Jusuf Habibie (75) dalam Kuliah Kenangan Sutan Takdir Alisjahbana di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu (14/12) malam, mengambil judul, "Quo Vadis Indonesia?"  Point yang paling uptodate dengan situasi dan kondisi negeri kita terkini adalah :" Habibie menyebut:

  • kita kaya tapi miskin (kaya sumber daya alam, miskin penghasilan). 
  • Kita besar tapi kerdil (besar wilayah dan penduduk, kerdil produktivitas dan daya saingnya). 
  • Merdeka tapi terjajah (merdeka secara politik, terjajah secara ekonomi). 
  • Kuat tapi lemah (kuat dalam anarkisme, lemah dalam menghadapi tantangan global). 
  • Kemudian, kita itu indah tapi jelek (indah potensi dan prospeknya, jelek dan korup dalam pengelolaannya)
  • "Mau ke mana kita? Quo vadis Indonesia?" kata Habibie.

    Sumber : https://nasional.kompas.com

Mencoba Memahami Arti dan Makna Nasihat Habibie

Walaupun sama sekali tidak bermaksud mengkultuskan alm. Habibie, tapi sebagai sosok yang pernah memimpin bangsa Indonesia, agaknya apa yang disampaikan oleh alm. seyogyanya mendorong kita untuk mau bercermin diri. Menelaah satu persatu, "kita kaya, tapi miskin", "kita besar,tapi kerdil" dan seterusnya, untuk dijadikan refleksi diri masing-masing.

Kalau ada yang mengkritik negeri kita, langsung kita marah, berang, dan naik pitam. Merasa terhina, merasa dilecehkan. Dan kalau ada orang yang menceritakan tentang sesuatu yang baik dari negeri orang, bersiap siaplah untuk mendapatkan stempel "A-nasionalis-sudah kehilangan rasa cinta bangsa-antek-antek aseng dan seterusnya dan seterusnya".

Tentu saya bukan dalam kapasitas untuk menguraikan arti dan makna dari kata-kata tersebut di atas, karena sudah cukup jelas dijabarkan. Terlebih pada kalimat, "Kita kuat, tapi kita lemah". Kuat dalam anarkisme, seperti yang dapat disaksikan lewat TV, maupun rekaman video yang menayangkan tindakan anarkis di berbagai tempat.

Menyaksikan tindakan merusak dan menghancurkan apa saja yang dilakukan oleh generasi muda, harapan bangsa, terjadi  di depan mata sendiri, atau  dapat disaksikan lewat berbagai  tayangan di televisi, menyebabkan kita merenung dan berpikir, "Jangan-jangan  kita sudah berubah menjadi bangsa yang pemarah?"

Hanya sebuah renungan, terinspirasi oleh nasihat yang diberikan oleh Pak Habibie almarhum.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun