Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menakar Diri dengan Uang

9 Juni 2019   17:02 Diperbarui: 9 Juni 2019   17:34 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : http://mimpiapa.com 

Kalau berbicara mengenai uang, selama orang masih waras, maka jangankan orang yang hidupnya berkekurangan. Bahkan orang yang sudah kaya raya  juga masih senang dengan uang. Kalau mau iseng-iseng membuktikan,tidak perlu harus melalui penelitian ilmuwan ataupun harus belajar psikologi terlebih dulu. Karena caranya sangat mudah, yakni sewaktu tempat untuk pejalan kaki  masih sepi, taruhlah uang kertas lembaran 100 ribu rupiah dipinggir jalan,secara terpisah,cukup sekitar 10 lembar. Kemudian berdirilah menjauh dari sana.

Cobalah perhatikan, begitu para pejalan kaki mulai berdatangan,maka dalam waktu singkat,uang yang tadi ditebarkan di beberapa lokasi, dengan sangat cepat akan berpindah tempat,yakni dari lantai ke dalam kantong orang yang menemukan. Yang "menemukan" uang tersebut,bisa saja anak sekolahan, karyawan kantoran,bahkan mungkin saja ada orang berdasi ,yang mau berhenti dan memungut lembaran uang kertas bernilai 100 ribu tersebut,walaupun ia harus berjongkok dan mengambil dibawah kolong tempat sampah. Ini salah satu bukti ,bahwa tua muda pria dan wanita ,senang akan uang.

Ternyata Tidak Semua Orang Seperti Itu

Ketika orang terpaksa harus bersikap jujur,baik karena apa yang terjadi disaksikan oleh orang banyak  ataupun karena ada camera  pengintai yang merekam kejadian hanyalah sebuah  kejujuran semu. Mengembalikan barang temuan,karena takut terjerat hukum juga merupakan sebagian dari kejujuran semu. Kejujuran sejati adalah di saat dimana tidak ada saksi mata, tidak ada camera CCTV yang memonitor gerak gerik kita.Dimana hanya  ada Tuhan dan kita,maka disanalah  kejujuran kita diuji atau teruji.

Ketika istri saya ketinggalan dompet di Toilet umum di Lakeside Mall -Joondalup dan di dalam dompet ada 5000 dolar, karena kami akan berangkat ke Italia. Karena tidak biasa menenteng dompet,maka istri saya baru sadar bahwa dompetnya ketinggalan,ketika kami sudah berada di parkiran,karena akan  diantarkan oleh cucu kami ke bandara. Kami buru buru turun dari kendaraan,tapi cucu kami Kevin,sudah berlari terlebih dulu. Kami bergegas menuju ke Toilet umum,dimana tadi istri saya sempat kesana. Tapi ,setelah masuk kedalam,sesaat kemudian istri saya keluar dengan wajah sedih ,sambil menggelengkan kepala. Tanpa perlu bertanya lebih lanjut,saya sudah tahu,bahwa dompet tidak ditemukan lagi disana

Sementara kami berdiri terpana di depan toilet,cucu kami Kevin tampak datang sambil melambaikan tangan dengan wajah gembira.Dan dengan setengah berteriak mengatakan,

"Dompet sudah ditemukan!"

Wajah kami yang tadi sempat murung,maklum 5000 dolar bukan jumlah yang kecil bagi kami,kini ceria kembali,bagaikan awan diterpa sinar mentari. Kami bergegas mengikuti Kevin.Ternyata dibawa ke Gloria Jean Cafe. Di sana istri saya ditemani Kevin,menemui Manager. Begitu melihat istri saya,Manager tersebut tersenyum dan berkata, "You are very lucky, Madam. Ini dompet Anda, silahkan periksa isinya." Dompet tersebut ditemukan oleh Karyawati dari Gloria Jean Cafe ,karena sama sama berada di toilet dengan istri saya.

Istri saya minta izin kepada Manager untuk menemui Karyawati yang menemukan dompet tersebut .Dan ia memanggil nama Kara. Seorang gadis muda belia keluar sambil tersenyum dan istri saya mengucapkan terima kasih kepadanya.Tapi Kara sama sekali tidak menampakan bahwa ia sudah berjasa menemukan dan mengembalikan dompet tersebut.Dengan tersenyum ia mengatakan:" Itu bukan dompet saya dan saya tidak boleh mengambilnya " 

Bukan Hanya Di Australia ,Tapi di Indonesia Juga Masih Banyak Orang Jujur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun