Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Sadar Bahwa Kita Sedang Dijajah?

16 Mei 2019   07:35 Diperbarui: 16 Mei 2019   08:15 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 ilustrasi :www.benhur.chain

Negeri kita sudah merdeka dari penjajahan Belanda sejak 17 Agustus 1945 dan sudah merupakan negara merdeka dan berdaulat. Tetapi sesungguhnya,penjajahan dalam  ujud lain masih terus membelenggu diri. 

Penjajahan menyebabkan orang yang dijajah tidak lagi bebas untuk bergerak .Bahkan dalam kondisi yang lebih parah,orang yang dijajah kemana mana dalam kondisi tubuh yang dirantai.

Tetapi banyak orang lupa, bahwa penjajahan tidak hanya terjadi dalam bentuk phisik melainkan penjajahan yang tidak kasat mata,tapi jelas dan nyata serta dapat dibuktikan oleh siapapun tanpa harus menjadi seorang ilmuan.

Bukti yang paling sederhana adalah mengambil contoh pada diri kita sendiri. Ketika kemarahan membelenggu diri kita, maka apapun yang dilakukan oleh orang lain,bahkan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga kita tampak salah. 

Apalagi orang yang  menyebabkan kita menjadi marah. Pikiran waras sudah hilang dan berganti dengan keinginan untuk melampiaskan kemarahan kepada siapa saja ,karena tanpa sadar diri kita sudah dijajah oleh kemarahan. 

Karena sudah diperbudak oleh kemarahan,orang bisa melakukan apapun,termasuk hal hal yang sangat memalukan .Karena sudah tidak lagi memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri.

Penjajahan Terselubung

Pagi tadi saya terbangun jam 4.00 subuh dan tidak bisa tidur lagi. Karena hati dan pikiran dijajah oleh rasa galau. Mengingat anak cucu tinggal berjauhan dengan kami. Putra pertama bersama keluarganya ada didekat kami, tapi putri kami dan keluarganya ,domisili di kota Wollongong. Cucu kami Kerisah lagi melanjutkan studinya disalah satu Universitas di Sydney. Untuk bisa bertemu mereka,saya dan istri harus terbang selama hampir 5 jam. 

Kemudian ingat akan cucu kami Alex yang mendapatkan bea siswa di Jepang dan sudah hampir sebulan tidak ada kabarnya.  Ingat putra kami yang kedua bersama keluarganya di Jakarta. Ketika pikiran dan hati saya dijajah oleh kegalauan,maka pikiran saya menjadi keruh dan hati menjadi risau dan galau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun