Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taktik Memanfaatkan Hoaks Sudah Ada Sejak Zaman Dulu

4 Januari 2019   18:39 Diperbarui: 4 Januari 2019   18:47 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi :kementrian komunikasi dan informatika

Sejak dari SMP,yakni ditahun 50 an,saya dan anak anak sekampung ,sudah ikut aktif ronda malam,secara bergantian. Sejak dari jam 7.00 malam,kami sudah berkumpul di Pos Ronda,sambil membawa buku pelajaran,karena disana ada lampu listrik,yang aliran listriknya diambil dari lampu jalan. Siapa yang mengizinkan saya tidak tahu dan tidak merasa perlu untuk mencari tahu.

Bagi yang giliran jaga di Pos.bisa memanfaatkan waktu untuk belajar,sementara yang lain bertugas untuk jalan keliling kampung. Jam 10.00 malam. kami boleh pulang tidur,karena esok, hari akan kesekolah.Selanjutnya giliran orang dewasa yang melanjutkan hingga pagi. Senjata yang kami bawa,hanya sepotong bambu Cina,yang banyak tumbuh di kampung kami. Cukup dipotong dan diruncingkan ujungnya,maka senjata sudah siap ditangan.

Hoaks Sudah Mulai Digunakan Sebagai Taktik

Bilamana semangat ronda tampak mulai menyurut,maka tiba tiba saja ada isu,bahwa ada orang rantai yang dilepaskan ,untuk mengayau kepala anak anak guna dijadikan tumbal,karena ada pembangunan gedung baru. Dalam waktu singkat,walaupun pada masa itu belum ada WA dan belum pernah tahu apa itu Ponsel,tapi melalui mulut ke mulut,berita ini sudah menyebar keseluruh kampung dan bahkan menular ke kampung di lainnya. Maka tanpa perlu disuruh,tiba tiba Pos Ronda penuh sesak oleh  warga yang mendadak ,ada kesempatan untuk ikut ronda malam.

Dilain waktu,hoaks dari kampung lain,yang gilirannya melanda kampung kami,yakni ada :" Palasik kudung"  (sosok seperti drakula yang berjalan tanpa kepala dan mencari anak anak untuk dihisap ubun ubunnya).Maka warga kampung heboh.tanpa merasa perlu melakukan pengecekan,semua siaga Satu.Bahkan senjata bukan hanya bambu runcing dan golok,tapi juga serangkaian bawang putih,untuk ditembakkan bila ketemu palasik kudung tersebut.

Bagaimana Cara Menyampaikan Hoaks Tersebut?

Berita yang disampaikan selalu dalam bentuk tanda tanya,yakni:" Katanya ,ada orang rantai yang dilepaskan dengan tugas ,mengayau kepala anak anak untuk dijadikan tumbal, apa benar ya berita tersebut?" Walaupun kalimatnya jelas merupakan kalimat interrogative atau kalimat tanya,tapi bagi warga itu sudah berita besar dan terus menjadi viral .Kalimatnya berubah menjadi kalimat pernyataan (statetement) :"Awas,ada orang rantai sengaja dilepas,untuk mengayau kepala anak anak,untuk dijadikan tumbal.!"

Taknik ini ternyata sangat ampuh . Sementara bila ternyata tidak benar,orang yang menyampaikan berita hoaks  tidak bisa disalahkan,karena ia malah bertanya :"Lha,kan saya cuma bertanya:" Kata orang ada orang rantai yang dilepaskan, apa benar begitu?" Saya cuma bertanya,apakah saya salah? "

Bila Ada Warga Yang Enggan Ikut Ronda Gimana Taktiknya?

Walaupun hampir seluruh warga secara serentak ikut ambil bagian dalam ronda malam secara bergantian,tapi ada satu rumah orang kaya,yang tidak pernah mau ikut ronda malam. Alasannya :"kurang sehat" dan sebagai gantinya,setiap malam ia menyediakan secerek kopi dan kue kue. Maika untuk sementara warga puas,Tetapi lama kelamaan ,warga merasa bahwa karena merasa diri orang kaya,ia tidak mau ikut ambli bagian, Maka  taktik perang gerilya digunakan. Suatu malam,seluruh rumah warga ditimpuk dengan batu.

Entah siapa yang melakukan. Maka berhamburanlah semua warga dan masing masing dengan golok dan tombak ditangan,termasuk satu keluarga kaya,yang sebelumnya tidak pernah mau ikut ronda.Taktik ini dinamakan menggebrak semak ,memancing ular keluar sarang,ternyata berhasil.Sejak saati itu,baik taktik hoaks ,maupun teknik menggeberak semak dilakukan secara bergantian,sehingga warga selalu siaga satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun