Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maksud Hati Memanjakan Anak tapi Akibatnya Menjerumuskan

30 Januari 2018   10:43 Diperbarui: 30 Januari 2018   14:52 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Teramat banyak contoh contoh hidup yang sesungguhnya dapat dijadikan pelajaran. Tapi sayangnya ,kebanyakan orang tidak menganggap hal yang perlu untuk dijadikan pelajaran hidup.Karena itu,apa yang sudah terjadi puluhan tahun lalu,terus terulang lagi.Salah satunya adalah niat hati mau memanjakan anak,tapi berakbat justru menjerumuskannya,menjadi sosok yang tidak mandir

Bayangkan,anak sudah duduk dibangku sekolah SD.mau pakai sepatu sendiri,harus tunggu Pembantu yang mengerjakan. Anak dengan gaya ngeboss duduk dikursi dan kakinya diangkat. Si mbak yang dengan sabar berjongkok dihadapan anak ,memasangkan kaus kaki dan sepatunya.Bahkan ketika mau naik kemobil,untuk mengangkat tas sekolahnya,juga harus menunggu diangkat oleh si Mbak. Herannya,orang tua menganggap hal ini adalah hal yang wajar wajar saja.Mungkin karena merasa untuk itulah si mbak digaji. 

Manja Ketika Usia Kanak Kanak,Menderita Ketika Dewasa

Bagi anak anak yang orang tuanya hidup berkecukupan,maka masa kanak kanak adalah masa yang paling indah. Mau mandi ,semua kelengkapan untuk mandi sudah disiapkan oleh pembantu. Mau sarapan tinggal duduk dimeja,karena sudah tersedia,Selesai makan,piring dan gelas ditinggal tergeletak dimeja,karena ada mbak yang akan membereskan. 

Tidak ada beban hidup yang harus dipikirin,apalagi ikut memikul beban.Yang ada dalam pikiran mereka adalah bangun,makan,sekolah,bermain dan tidur.Pokoknya semuanya sudah tersedia,hanya tinggal menikmati saja.Kesekolah diantarkan dan pulang sekolah dijemput. Alangkah nikmatnya bisa dapat merasakan hidup seperti itu

Berbeda dengan anak anak yang pagi pagi harus bangun dan menimba air dari sumur untuk mandi. Sarapan roti sumbu dan berangkat kesekolah jalan kaki yang jauhnya lumayan beberapa kilometer.Tidak ada uang jajan,maka ketika anak anak lain menikmati istirahat siang dengan makan satai atau lontong,bagi anak anak yang tidak mampu,diam diam ke kamar mandi dan minum air dari kran,sekedar melepaskan dahaganya.

Ketika lonceng berbunyi,tanda sekolah usai,yang lain hanya melangkahkan kaki keluar pekarangan sekolah,sudah ada yang menjemput.Sementara yang hidup keluarganya ,jauh dari berkecukupan,harus tegar melangkahkan kaki,untuk pulang kerumah.

Gamang Menghadapi Kehidupan

Ketika bertumbuh menjadi dewasa,baru tampak perbedaan sikap mental yang mencolok,antara anak anak yang dulunya hidup serba manis dan dimanja dengan anak anak yang sejak kelas  SD ,sudah harus berjalan kaki,pergi dan pulang sekolah.Mereka ini sudah terlatih sejak kecil,hidup mandiri dan tahan menderita.Sehingga menghadapi masalah masalah hidup,mereka tidak merasa gentar.

Sebaliknya,anak anak yang dulunya hidupnya dimanja,tiba tiba merasa gamang.,karena harus menghadapi kehidupan yang keras .Baru memahami,bahwa tidak dalam semua hal,uang dapat menyelesaikan segala galanya

Jangan Menjerumuskan Anak Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun