Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Besar Kecil Sebuah Masalah

22 Januari 2018   21:30 Diperbarui: 22 Januari 2018   22:03 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Tidak Dapat Menggunakan Ilmu  Matematika

Besar kecil sebuah rumah,dapat dinilai dengan mengambil pedoman ,berdasarkan ukuran berapa meter panjang dan lebarnya.Atau tinggi rendah sebuah pohon,juga dapat dibedakan berdasarkan ukuran berapa meter tingginya. Namun ketika menyangkut masalah kemanusiaan,maka tidak dapat ditakar secara sepihak dengan hanya berpijak pada kebiasaan   ,yang digunakan untuk mengukur luas bangunan atau berdasarkan timbangan yang digunakan untuk menimbang barang barang.

Misalnya,masalah yang bagi orang lain,hanyalah merupakan masalah sepele dan tak berarti,akan tetapi bagi orang lain,boleh jadi merupakan masalah yang menentukan hidup matinya.Ada begitu banyak contoh yang dapat dijadikan acuan ,namun seringkali diabaikan,karena dianggap bukan urusan kita. Misalnya,ketika putra pertama kami jatuh sakit dan kejang kejang, betapa besarnya hasrat hati kami untuk melarikannya secepat mungkin kerumah sakit. 

Namun,pada waktu itu hujan turun sangat lebat dan kami tidak punya kendaraan,selain dari sepeda butut. Bagaimana mungkin mau membawa putra kami dengan dibonceng menggunakan sepeda dihari hujan deras? Mau panggil taksi? Mana ada taksi yang  mau membawa penumpang dengan gratis,walaupun membawa anak yang lagi kejang kejang? Mau pinjam ketetangga? Hidup mereka morat marit,tidak banyak bedanya dengan kehidupan yang kami lalui.

Akhirnya ,kami pasrahkan keselamatan putra kami ketangan Tuhan .Yang dapat saya lakukan bersama istri saya adalah mengosok perutnya,kakinya dan seluruh tubuhnya dengan sisa sisa minyak kayu putih,untuk menghangatkannya..Sambil berdoa sepanjang malam. Bersyukur.Tuhan melindungi putra kami dan baru keesokan harinya,kami dapat pinjaman dengan bunga 30 persen sebulan dan membawa putra kami kedokter. Untuk menebus obatnya,sisa uang dari dokter tidak cukup.Maka istri saya menjual perhiasan terakhirnya,yakni sebuah kalung yang beratnya, cuma 2 gram.

Bagi Kami Makan Sehari 3 Kali Sudah Luar Biasa,Sedangkan Bagi Orang Lain,Sehari Bisa Makan Di 3 Negara

Ketika hidup kami masih morat marit.bisa makan sehari 3 kali,sudah merupakan  sesuatu yang luar biasa.Sementara kami mendengarkan cerita orang dengan menakjubkan bahwa  dalam satu hari ,ia bisa makan di 3 negara. Bagaikan kisah dongeng dalam kisah 1001 malam.Namun belakangan ,ternyata apa yang dulunya,bagaikan mimpi disiang bolong,ternyata dapat kami rasakan juga. Sarapan pagi di Jakarta,makan siang di Singapore dan makan malam di Australia.

Karena itu,kita tidak dapat mematok,masalah besar atau masalah kecil,karena ada begitu banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Kehilangan uang 1 juta rupiah,bagi kita mungkin tidak menjadi masalah.Tapi bagi orang lain,boleh jadi uang sejumlah itu adalah modal dagang untuk mempertahankan kehidupan keluarganya.

Arif Dalam Menyikapi Hidup

Karena itu,dalam menjalani hidup dan berinteraksi dengan lingkungan dimana kita berada,hendaknya kita arif dan menyikapi sebuah masalah.Karena apa yang bagi kita tidak berarti,boleh jadi bagi orang lain sangat berarti.Atau boleh jadi ,apa yang bagi kita sangat berarti,bisa jadi bagi orang lain,tidak berarti sama sekali.

Karena itu,sangat penting memberikan pendidikan sedini mungkin kepada anak anak kita,tentang masalah masalah kehidupan.Sehingga kelak ketiak mereka lulus sebagai sarjana,bukan hanya menjadi orang terpelajar,tetapi sekaligus menjadi orang yang terdidik. Hal ini sangat penting,menyaksikan dihadapan mata kepala kita sendiri,bahwa banyak orang pintar,tapi sangat minim dalam pendidikan.Sehingga kepintaran yang dimilikinya, tidak bermanfaat guna bagi orang banyak,karena ia hanya mampu melakukan one way communication

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun