Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sakit Itu Terkadang Amat Menakutkan

30 November 2017   08:45 Diperbarui: 30 November 2017   17:37 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://depositphotos,com

Berjanji Pada Diri Sendiri  Agar Jangan Pernah Sakit Lagi

Ada kalanya, walaupun masih terbaring sakit, kita masih bisa tertawa dan bercanda pada keluarga atau sahabat sahabat yang datang membezuk. Tapi tidak jarang, sakit itu menghadirkan rasa takut yang mengerikan.

Ketika sewaktu masih muda saya terjatuh ketika melompati pagar bambu dan tertusuk bambu runcing dari paha hingga menembus kebatas perut, Memang terasa sakit amat sangat. Tapi saya sama sekali tidak merasa takut. Bahkan ketika saya minta tolong kepada Herman, teman yang bersama saya ikut berburu tupai, untuk mencabut patahan bambu yang menancap dipaha saya, malahan pingsan, menengok darah segar membasahi celana dan baju saya. Aneh memang, saya yang sakit, tapi teman saya yang pingsan. Minta tolong kepada orang kampung, tak ada yang berani. Maka akhirnya dengan menahan sakit, saya cabut sendiri. Dan kemudian masih naik sepeda menuju kerumah sakit.

Ketika  Terbaring Sakit Di Negeri Orang

Saya tidak akan mengulang ulangi kisah lama, namun hanya sepotong menyinggungnya, yakni ketika saya terjatuh dan terdapat pendarahan didalam, maka hampir sebulan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Kota Wollongong.

Tensi diukur setiap hari 3 atau 4 kali, test darah, yakni darah saya diambil lewat jarum suntik dan diperiksa dilabor, rontgen, CT scan, yakni Computerized Tomography scan, untuk mengetahui apakah ada tulang belulang atau jaringan tubuh saya yang rusak.

Kemudian di MRI -- Mangnetic Resonance Imaging yang entah apa manfaatnya, tentu saja sebagai orang awam saya tidak mengerti apapun. Ketika mau disuntik dengan cairan warna biru sebelum di scanning, saya disuruh menanda tangani surat . Tiba tiba saja perasaan saya jadi tidak enak. Pikiran saya menerawang dan sempat berpikir "Emangnya bisa mati, sehingga saya harus menanda tangani surat sebelum discan?" Saya tidak mungkin berunding dengan istri, karena tidak seorangpun boleh berada dalam ruangan streril, kecuali dokter dan pasien. Saya sempat bertanya " Gimana kalau saya tidak mau menanda tangani?", Dan Petugas entah dokter atau perawat menjawab santai " Terserah anda, tapi kalau anda tidak bersedia menanda tangani berarti anda akan batal di scan".

Dengan perasaan apa boleh buat, saya tanda tangani  dan berdoa semoga saya jangan mati,sebelum ketemu istri saya.

Kata Kata Dokter dan Bahasa Tubuhnya Menakutkan

"Very bad infection...very bad..you see that..?"kata dokter sambil menggelengkan kepala dan memperlihatkan hasil rontgen. "Almost 75 persen infection!" Rasanya lemes benar, kayak koruptor dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup mendengar kalimat dokter. Tubuh saya dengan cepat menurun drastis, dari 72 Kg menjadi 56 Kg, atau susut 16 Kg! Dokternya berang karena saya tidak mau makan. Atau  mungkin kesel banget menengok saya masih santai dalam kondisi sekarat.

Dalam hati, saya juga sempat berang, "Dokter ini nggak coba bagamana rasa sakit yang saya alami, makanya ngomong seenaknya" kata saya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun