Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Naik Becak Itu Tidak Manusiawi?

16 September 2017   07:14 Diperbarui: 17 September 2017   08:17 3984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: makkah.com

Naik Becakk Itu Manusiawi Atau Tidak Ya?

Sewaktu kami berada di Kota Malang-Jawa Timur,kami menginap di Hotel Trio Indah.Dengan alasan walaupun tidak mewah,tapi hotelnya bersih,sarapan paginya oke dan tarifnya 400 ribu permalam. Dan persis disamping hotel ada McDonald,sehingga kalau lapar,cukup berjalan kaki sekitar 50 meter ,sudah tiba disana.

Siang itu kami bermaksud berbelanja di Mall dan sedang menunggu taksi lewat di depan hotel.Tapi ada Tukang Becak yang tampak sudah tua,datang dan berdiri didepan kami ,sambil berkata :"Pak,bu mau kemana?Biar saya antarkan,kasih berapa saja boleh .Sejak tadi pagi belum narik pak" katanya dengan suara memelas. Saya melirik ke istri saya dan istri saya menangguk . Lalu kami naik becak. Pada awalnya becak berjalan dengan lancar,tapi tiba dijalan yang mendaki, terdengar bunyi nafas yang memburu persis belakang kami. Semakin lama nafasnya semakin memburu. Merasa tidak tega,saya katakan :"Pak ,kami turun disini saja pak" Tapi Tukang Becak mengatakan :" Tidak apa apa pak.Saya masih kuat" dengan nafas yang sesak. Tapi saya bersikeras untuk turun dipinggir jalan,walaupun baru setengah perjalanan. Akhirnya Tukang Becak berhenti dan saya berikan kepadanya sejumlah uang,tanpa memperhitungkan berapa sih sesungguhnya tarif becak. Dan Tukang becak berkali kali mengucapkan :'Alhamdulilah.. matur nuwun pak bu.."

Dikatakan Tidak Manusiawi

Tapi baru saja kami turun, terdengar suara orang yang mengatakan dengan suara cukup keras:"Sungguh tidak manusiawi. Suami istri duduk bersenang senang ,sementara orang tua menarik becak !" Saya menengok kearah orang yang berbicara,dengan perasaan marah,tapi mau menjelaskan percuma,karena hanya akan menciptakan pertengkaran.Maka saya memilih untuk diam dan mulai melanjutkan perjalanan dengan mencari taksi.Dalam hati saya bingung.Naik becak dibilang tidak manusiawi. Kalau disuruh memilih, jelas kami memilih naik taksi,karena tarifnya jelas terbaca di argo dan kami duduk santai dalam kendaraan yang dilengkapi dengan air condition. Tapi kalau semua orang berpikir demikian, terus para pengemudi becak gimana nasib mereka? Kalau saya memilih Tukang Becak yang masih muda dan kuat,sehingga tidak ngos ngosan, terus Tukang Becak yang sudah tua,gimana?

Memang saya bukan petugas dari dinas sosial.Dan juga bukan orang yang termasuk wajib mengurusi pekerjaan orang lain.Tapi hal yang tampaknya sepele ini,hingga saat ini,walaupun kata orang,saya sudah banyak makan asam garam dan minum empedu kehidupan,tapi sungguh saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Yakni :"Naik becak itu manusiawi atau sebaliknya?"Disatu sisi ,rasanya tidak manusiawi,kita duduk santai bersama istri sambil ketawa ketawa,sementara Tukang Becak yang nota bene adalah sama sama manusia seperti kita ngos ngosan mengenjot becaknya. Tapi sebaliknya,bila saking rasa kemanusiaan yang tinggi,tidak akan pernah lagi ,mau naik becak,terus gimana nasib mereka?

Mungkin ada yang bisa membantu memberikan jawabannya? Terima kasih


 Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun