Mohon tunggu...
AY_Satriya Tinarbuka
AY_Satriya Tinarbuka Mohon Tunggu... profesional -

Mahasiswa abadi jurusan Filsafat Sastra Mesin di kampus kehidupan ... :D

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kala Air Hujan Tak Gratis di Bolivia

3 Februari 2014   20:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sulit untuk menerima aturan dimana kita harus membayar untuk seember air hujan yang kita tadah di halaman rumah. Tapi itulah yang terjadi di Bolivia sekitar akhir tahun 1990-an.

Awalnya Pemerintah Bolivia mengajukan pinjaman ke World Bank. Pihak World Bank mengajukan syarat bahwa Pemerintah Bolivia harus melakukan privatisasi berbagai sektor. Salah satunya adalah privatisasi sumber daya air, sehingga air dalam bentuk apapun adalah komoditas yang tak lagi gratis, termasuk air hujan.

Kok bisa-bisanya World Bank sekonyol itu? Maklumlah, World Bank adalah urat nadi sistem korporasi global. Dalam pembahasan sistem korporasi, kita akan menemukan penelitian bahwa sebagian besar pelaku bisnis korporasi di Wall Street adalah psikopat. Dan pada kenyataannnya, hanya psikopatlah yang tega menjadikan air hujan sebagai komoditas.

Lebih konyol lagi, kok Pemeritah Bolivia mau-maunya menerima persyaratan itu. Lagi-lagi kita harus maklum, sulit untuk menang jika menghadapi psikopat korporat.

"Ku beri kau pinjaman, tapi turuti dulu persyaratanku." Begitulah 'ancaman' World Bank. Sebelas duabelas dengan ancaman kaum korporat, "Kupindahkan pabrikku kalo kau tak mau turuti kemauanku."

Mengapa korporasi begitu kuat? Karena orang-orang korporat emang pinter! Dulu, korporasi berusaha menguasai suatu negara. Kala itu beberapa korporasi di AS mencoba menggulingkan Presiden Roosevelt tapi gagal. Kemudian korporasi mengubah strategi dengan cara mengembangkan usaha ke negara lain. Sejak saat itu, hampir tak ada satu pun negara yang mampu  menghentikan korporasi.

Dimanakah kaum korporat belajar sehingga menjadi sedemikian pintar? Yang jelas bukan di kampus-kampus, karena orang terpintar di kampus macam profesor dan doktor cuman jadi kacungnya korporat. Jadi kalo menyerahan sepenuhnya kebijakan negara pada para profesor dan doktor, maka negara akan mudah ditelan oleh korporasi. Persis kayak Bolivia.

Rakyat Bolivia harus turun ke jalan, melawan pentungan polisi dan gas air mata. Bahkan militer Bolivia sampai menurunkan penembak jitu untuk menghalau demonstrasi Rakyat Bolivia. Polisi dan militer tak pernah mendapatkan keuntungan dari privatisasi air, mereka hanya mendapatkan lemparan batu dari demonstran. Yang mendapat keuntungan dari penjualan air adalah Bechtel Corporation dari San Fransisco!

Pada akhirnya, polisi Bolivia sembunyi dan pihak militer mengunci diri di dalam markas. Pemerintahan pun terbirit-birit dan menghilang. Rakyat Bolivia meraih kemenangan, privatiasi air dihapuskan dari bumi Bolivia.

Takkan mudah melawan korporasi, darah harus tumpah dalam perlawanan Rakyat Bolivia. Jadi, di tahun 2014 ini, pilihlah pemimpin untuk negeri kita yang bisa membuat kesepakatan dengan kaum korporasi tanpa meninggalkan kepentingan bangsanya. jangan pilih orang yang bermental psikopat.

Tapi sayangnya, susah menentukan apakah seseorang berjiwa psikopat atau tidak, Seorang psikopat bisa berakting layangnya orang kharismatik, berjiwa sosial tinggi, nasionalis, dan sebagainya. Tapi ada satu ciri yang tidak bisa disembunyikan, yaitu merasa bahwa dirinya paling benar. Dan kita sering lihat ciri kayak gini sering muncul di teve, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun