Mohon tunggu...
Tiopan Sipahutar
Tiopan Sipahutar Mohon Tunggu... Konsultan - Ph.D Student at University of Indonesia

TIOPAN SIPAHUTAR, SKM, MKM, merupakan lulusan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan peminatan Biostatistik pada tahun 2003, lulus S2 di kampus yang sama pada tahun 2011. Pernah menjadi asisten dosen di program studi FKM UI khususnya di Departemen Biostatistik dan Kependudukan. Bersama dengan dosen-dosen senior FKM UI, bergerak dalam penulisan ilmiah terutama di bidang kesehatan reproduksi. Menjadi asisten peneliti dan terlibat dalam beberapa penelitian eksperimental antara lain di Pusat Penelitian Atmajaya. Bergabung dengan Jaringan Epidemiologi Nasional sebagai asisten profesor dalam hal advokasi kesehatan reproduksi remaja dan bekerja sama dengan beberapa lembaga antara lain Ford Foundation, Departemen Kesehatan, organisasi perempuan NU, dan LSM lainnya. Pernah bergabung dengan World Vision dan Wahana Visi Indonesia sebagai staf Monitoring dan Reporting di tingkat nasional yang bergerak dalam bidang nutrisi, pendidikan dan pengembangan ekonomi masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, menjadi konsultan dalam bidang penelitian, statistik serta penulisan laporan. Saat ini sedang studi doktor dalam bidang kesehatan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini "Plus": Menggenggam Dunia

21 April 2017   17:55 Diperbarui: 22 April 2017   04:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mumpung masih fresh nih, izinkan saya memakai kata “plus” dalam judul refleksi singkat saya kali ini. Jadi, gak hanya plus di KJP aja, tapi plus juga pribadinya.

Setiap hari Kartini tiba, saya bingung mau mereflesikan seperti apa....saya sepertinya produk dari seorang Kartini juga. Hmmm....aku pikir Kartini itu bukan hanya sekedar surat atau sekedar nama seorang pahlawan bagi perempuan di Indonesia. Kartini udah gak zaman lagi jika hanya terselubung dengan kain kebaya. Udah basi kalau kata anak muda sekarang. Kartini itu perempuan yang bisa memberikan sumbangsih nyata bagi sekitarnya.

Menjadi ibu rumah tangga, belum tentu juga memperjuangkan apa yang Kartini lakukan. Ada juga perempuan yang tidak bekerja kantoran tetapi juga tidak di rumah sendiri tetapi di rumah tetangga atau rumah lainnya.

Menjadi ibu kantoran, belum tentu juga memperjuangkan emansipasi. Tergantung....karena ada juga perempuan yang bekerja hanya karena sekedar supaya keluar dari rumah, sepulang kantor masih hengaut.

Bagi saya, hari Kartini lebih sekedar dari ucapan keren-kerenan di FB atau medsos...tetapi perempuan yang mau dan berani berbuat yang berbeda untuk sekitarnya. Perempuan yang tidak sekedar menerima tetapi memberi dan berbuat.

Kartini juga lebih dari sekedar pamer-pameran di medsos...karena belum tentu yang booming atau dilihat orang itu yang lebih baik atau istilah kasarnya, Kartini lebih dari sekedar status di FB.

Apa yang saya lihat dari seorang perempuan seperti Kartini adalah perempuan yang berpikir revolusioner (bukan yang teriak-teriak revolusi), berani berbeda, berintegritas dan do something. Karena sebenernya, dunia itu ada di dalam genggaman perempuan. Kamu mau generasi muda kita seperti apa? Pengaruhilah perempuan....! Sehingga, jika perempuan rusak, kecenderungan rusak generasinya juga tinggi. Tetapi jika perempuannya pembelajar, kecenderungan generasi di bawahnya akan rusak itu lebih kecil.

Oleh karena itu, dunia membutuhkan lebih dari sekedar seorang perempuan biasa..lebih dari sekedar memiliki tanda-tanda reproduksi perempuan. More than that! Dunia membutuhkan perempuan yang memiliki idealisme dan prinsip-prinsip. Dunia membutuhkan seorang Kartini yang tidak hanya sekedar duduk diam tetapi perempuan yang bahkan dalam “penjara” sekalipun dapat berbuat. Dunia membutuhkan Kartini yang juga tidak lupa akan maksud dan tujuan penciptaanya. Karena, perempuan yang over emansipasi juga semakin banyak.

Di tengah kondisi masyarakat Indonesia terkhusus di Jakarta dimana tidak mencengangkan melihat anak-anak ikut demo rasis dan sentimen agama bahkan anak-anak yang sangat berani mengucapkan kafir kepada teman yang berbeda agama. Anda jangan heran!! Salah satu yang bisa kita selidiki adalah: Lihatlah ibunya!!! Ingat, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika mau mengubah hal-hal buruk ini, bergeraklah perempuan. Do something! Itu baru Kartini. Gak ada itu Kartini rasis..gak ada itu Kartini yang SARA yang adanya Kartini yang bergerak maju dan merangkul semua untuk bersama-sama maju.

Dunia tidak membutuhkan foto seorang perempuan yang berkebaya, dunia tidak sekedar membutuhkan perempuan yang pasif tetapi aktif menghambur-hamburkan, dunia tidak membutuhkan perempuan yang apa adanya, dunia tidak butuh perempuan berpikiran sempit dan rasis, tetapi dunia membutuhkan perempuan yang revolusioner, berpikiran maju, tanpa meninggalkan tujuan dia diciptakan di dunia ini (paham akan kodratnya). Jika demikian, hai sesamaku perempuan, mari kita genggam dunia...bukan untuk menguasainya tetapi untuk merangkulnya dan menghujaninya dengan keperempuanan yang macho dan Ilahi......

Salam perempuan! Selamat hari Kartini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun