Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pentingnya Mendorong Petani Jadi "Chain Partners"

30 Maret 2020   13:37 Diperbarui: 25 Juni 2020   21:28 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertanian (Dok. Humas Kementerian Pertanian RI) via Kompas.com

Bagian 2A dari seri artikel "4 Level Petani dalam Pengembangan Rantai Nilai."

Pada BAGIAN PERTAMA telah dikenalkan sepintas apa itu pengembangan rantai nilai sebagai pendekatan peningkatan kesejahteraan petani, dan level pertama, petani sebagai chain actor, dari 4 tingkat posisi petani dalam pengembangan rantai nilai.

Telah pula diulas contoh peningkatan kesejahteraan petani sebagai chain actor tanpa up grade posisinya dalam rantai nilai. Kita menggunakan contoh kasus petani vanili di Alor.

Pada bagian kedua, artikel ini, kita membahas mengapa meningkatkan posisi petani dalam rantai nilai, menjadi chain partner itu penting, sekalipun dengan meningkatkan kapasitas sebagai chain actor saja pendapatan petani sudah bisa ditingkatkan.

Tujuan yang hendak dicapai dari mendorong petani sebagai chain partner adalah jaminan pasar, efisiensi, dan peningkataan posisi tawar terhadap harga.

Ilustrasi [wn.com]
Ilustrasi [wn.com]
Jalan untuk mendorong posisi petani menjadi chain partner adalah melalui integrasi horizontal (pendirian asosiasi petani) pun integrasi vertikal melalui kemitraan dengan mata rantai yang lebih tinggi (pedagang besar) atau lebih rendah (penyedia input).

Kita akan menjelaskan hal ini melalui sejumlah contoh kasus.

Anda tahu apa yang mendorong lahirnya pedagang pengepul atau tengkulak?

Banyak yang menyangka tengkulak lahir karena orang-orang kurang moral dalam berbisnis, hendak mengambil untung dari petani miskin. Pandangan seperti lahir karena harga yang diberikan tengkulak lebih rendah daripada harga beli oleh pedagang besar di kota. 

Selain itu, para tengkulak umumnya menerapkan pola ijon: membayar di muka, jauh sebelum panen, dengan harga lebih murah. Di saat seperti itu petani kepepet oleh kebutuhan biaya hidup.

Di sebagian kabupaten produsen jambu mente di NTT, misalnya. Seingat saya pada 2016 harga pembelian mente oleh pedagang antar-pulau di ibukota kabupaten atau di kapal milik perusahaan India yang bersandar di dermaga seperti Atapupu (Kabupaten Belu) sebesar Rp 18.000 per kg. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun