Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Orangtua sebagai Sensor Mandiri

19 September 2018   14:22 Diperbarui: 19 September 2018   14:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dokumentasi pribadi)

Sebelum kita membicarakan tentang peranan orangtua, khususnya sebagai sensor mandiri dalam membimbing keluarga untuk menonton film sesuai usianya, maka alangkah lebih baiknya kita terlebih dahulu mengulik tentang fungsi keluarga dan tantangannya di era digital dan internet.

Melalui sebuah infografis BKKBN yang pernah saya baca di salah satu media sosial, mengingatkanku akan arti pentingnya fungsi dan peran keluarga dalam sebuah masyarakat. Dari infografis tersebut dikatakan bahwa setidaknya ada 8 fungsi keluarga. Fungsi yang dimaksudkan adalah fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan.

Dari fungsi keluarga tersebut, satu dengan yang lainnya tentunya tidak dapat dipisahkan atau saling berkaitan. Tetapi setidaknya dari kedelapan fungsi tersebut ada beberapa aspek yang sangat berhubungan langsung dengan tema tulisan ini. Misalnya perlunya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam keluarga yang bisa membantu anggota keluarga memahami tentang sebuah kebenaran dan juga kebaikan. 

Penanaman nilai-nilai sosial budaya yang bisa memberi pemahaman kepada anggota keluarga tentang peran kita di masyarakat serta mana yang pantas atau tidak pantas kita lakukan di masyarakat berdasarkan tradisi ketimuran. Sementara melalui fungsi sosialisasi dan pendidikan, akan terbentuk proses pembentukan karakter dan kepribadian seseorang, cara berpikir dan bertindaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara untuk mencapai terwujudnya fungsi keluarga tersebut, maka peran orangtua tersebut menjadi faktor kunci dan penentu keberhasilannya. Mengapa saya mengatakan bahwa orangtua yang menjadi faktor kunci dan penentu keberhasilan? Karena orangtua adalah pemimpin keluarga yang bertanggung jawab membawa seluruh anggota keluarga tersebut pada tujuan dan arah keluarga yang sesungguhnya.

Untuk itu, sebagai pemimpin keluarga, maka selayaknya orangtua memiliki sikap dan perilaku keseharian yang bisa menjadi teladan dan panutan bagi anak-anak mereka. Dengan demikian, ketika orangtua sedang menanamkan nilai-nilai tersebut kepada anak-anak, maka nilai-nilai tersebut bisa diterima dan tertanam dengan sempurna dalam diri anak-anak tersebut. Dengan demikian, si anak tersebut memiliki kemampuan membedakan mana benar atau yang buruk bagi diri mereka sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini.

Itulah seharusnya yang menjadi kekuatan sensor mandiri yang harus ditanamkan orangtua terhadap anak-anak. Dengan nilai-nilai yang benar dan baik yang telah ditanamkan tersebut, setidaknya bisa menjadi pedoman bagi anak-anak untuk memilih dan memutuskan sesuatu.

Dengan demikian tantangan yang dihadapi keluarga bisa dihadapi. Salah satu tantangan yang saya maksudkan adalah bahwa semakin maraknya bioskop, stasiun televisi, program siaran yang semakin variatif, hingga semakin maraknya tv kabel atau televisi berbayar. Ini akan memberi peluang bagi anak untuk leluasa dan bebas memilih tontonan.

Tentu tanggung jawab orangtua semakin besar lagi untuk mengawasi tontonan bagi anak-anak. Terutama untuk film-film yang disajikan. Tentu sangat berbeda dengan masa kecil saya, menonton hanya bisa melalui layar tancap dan televisi. Itu pun masih sangat terbatas medianya. Apalagi stasiun televisi masih yang ada hanya satu, yakni TVRI. Sekarang eranya berbeda.

Belum lagi di era kemajuan teknologi digital dan internet yang semakin pesat perkembangannya, ternyata memudahkan berbagai akses informasi kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk bagi anak-anak. Bahkan kemajuan teknologi tersebut hingga menjangkau teknologi hiburan yang berupa tontonan film. Jadi untuk menyaksikan sebuah film ternyata tidak lagi hanya mengandalkan di televisi dan di bioskop saja. Tetapi melalui gadget yang ada di tangan seorang anak tentu membuatnya lebih mudah untuk mengaksesnya.

Hal yang wajar jikalau kekuatiran orangtua makin meningkat belakangan ini. Mengingat banyaknya anak yang menjadi korban pornografi, tontonan yang sadis dan tidak sehat untuk perkembangan mental dan jiwa anak tersebut. Zaman memang sudah berbeda, tentu pendekatannya pun harus berbeda pula. Tetapi satu hal yang harus diingat orangtua bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang kita anut tentu masih tetap sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun