Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Malaysia Menertibkan Pengamen dan Peminta Sedekah

16 Mei 2019   14:37 Diperbarui: 17 Mei 2019   04:20 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemis di jalan (Dok. Harapanrakyat.com)

Azan magrib berkumandang nyaring dari corong pengeras suara Masjid Jamik Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia. Tembang kenangan "Kharisma Cinta" yang didendangkan oleh Broery Marantika dan Dewi Yulll juga tamat dinyanyikan oleh seorang lelaki tua yang saban hari mengamen depan Warung Pojok, Kampung Baru.

Tanda waktu berbuka sudah masuk. Warung makan milik Pak Haji asal Sumatera Barat itu penuh dengan pelanggan. Suara sendok dan garpu berdenting bersahutan dari setiap meja. Pertanda penikmat kuliner sedang sibuk menjamah makanan yang telah terhidang.

Si bapak yang mengamen juga dipersilahkan mengambil tempat duduk untuk berbuka puasa bersama pelanggan lain. Saya tidak pasti apakah dia dipungut bayaran atau digratiskan, saya tidak ingin mempertanyakan hal ini karena kalau bayar juga bisa dengan uang hasil dia mengamen.

Setiap saya ke warung makan pojok selalu melihat seorang bapak separuh baya yang duduk di sebuah kursi plastik depan warung. Di depannya ada piano lengkap dengan buku daftar lagu. Tak lupa memasang sebuah kotak ukuran sedang sebagai tempat meletak uang bagi mereka yang ingin bersedekah.

Saya melihat para pelanggan terhibur sambil menikmati menu-menu lezat khas Indonesia yang menggugah selera. Setelah puas menyantap makanan, mereka yang keluar banyak yang memberikan sejumlah uang sesuai keikhlasan masing-masing.

Di lain kesempatan, saya keluar bertemu teman di bilangan Jalan Ampang, persis bersebelahan dengan menara kembar Petronas Twin Tower. Nah setiap malam bisa dikatakan ada saja pengemis tuna netra yang  jalannya dibimbing oleh seseorang yang sehat jasmani dan rohani. Mereka akan menyambangi setiap meja menyodorkan tisu untuk kita beli.

Walau ada pelanggan restoran yang mengambil tisu yang disodorkan setelah memberikan sejumlah uang, namun saya amati lebih banyak yang tidak mengambil setelah memberikan uang secukupnya.

Pada siang hari, jarang sekali terlihat pengemis di pinggir jalan, bahkan tidak pernah ada yang mangkal di lampu merah. Bukan karena tidak ada pengemis, melainkan karena adanya ketegasan pemerintah kota yang menertibkan aturan main yang harus dipatuhi oleh pengemis dan peminta sedekah untuk istitusi atau organisasi sosial tertentu.

Sejak dahulu hingga sekarang, pengemis di Malaysia rata-rata warga asing seperti dari Rohingya-Myanmar, Sri Langka, Kamboja, dan ada juga beberapa warga setempat namun tidak begitu ketara.

Apa aturan main pengamen dan peminta sedekah di Malaysia?

Yang pasti setiap peminta sedekah harus mendapat surat izin dari pihak otoritas setempat. Saat mendatangi institusi tertentu dan juga perorangan, mereka akan menunjukkan surat izin yang mereka peroleh secara sah dari departemen agama dan departemen sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun