Kawan, ada yang ingin aku ceritakan padamu. Kau bisa abaikan cerita ini, jika kau mau, tapi yakinlah kau akan rugi jika tak membacanya hingga titik penghabisan.
Begini, pada malam itu, jariku mendadak berhenti bergerak dan mataku terpaku pada sebuah video yang dibagikan oleh seorang teman di laman Facebook-nya. Di video itu, nampak seorang lelaki, kutaksir umurnya empat-puluhan, sedang duduk berdampingan dengan wanita cantik.
Wajah wanita itu nampak bersih dan bersinar. Matanya bulat dengan sorot yang tajam namun teduh. Bulu matanya lentik. Badannya proporsional dengan ukuran dada yang cukup menonjol. Rambutnya hitam lurus sebahu. Dan senyumnya indah tersungging.
Lelaki itu memeluk wanita yang dipanggilnya Maya. "Saya sangat mencintainya, dia selalu ada setiap saya membutuhkan," ucapnya dengan mata berbinar.
Disibaknya dengan lembut rambut Maya yang jatuh menutupi sebagian matanya, "Saya juga ingin dikubur bersamanya, kelak. Saya ingin bersamanya menuju surga yang abadi," ungkapnya sambil tetap memeluk boneka dildo itu dengan hangat.
Mendengar ucapan lelaki itu, dan setelah tahu bahwa wanita yang dipeluknya adalah boneka semata -dildo pula, tanganku yang sedang memegang cangkir untuk mengantarkan kopi Gayo Abisina ke bibirku mendadak terhenti. Tanganku bergetar hingga menyebabkan kopi di dalam cangkir sedikit tumpah.
Setelah kuletakkan kembali cangkir itu pada tatakannya, aku segera menekan tab comment pada postingan video itu. Rasanya, jariku sudah tak sabar ingin menumpahkan sejuta caci dan segala maki atas fenomena gila itu. Namun, ketika aku hampir menekan ikon kirim pada ujung kanan papan ketik komentar, tiba-tiba aku mencium aroma kopi yang sangat harum. Ah, rupanya barista Laku Kopi sedang menyeduh secangkir kopi tubruk. Hmmh... aroma kopi itu, ah, dia mampu mengembalikan pikiranku yang semrawut kembali semburat.
Dan, ya, emosi yang tadi menjalar di jariku tanpa sempat melalui otak, akhirnya bisa kukendalikan. Maka, kubatalkan niat mengomentari video itu karena ada yang lebih berarti daripada mempertontonkan kebodohan melalui media sosial, yaitu mereguk kenikmatan kopi Gayo Abisinia yang sudah tersaji di depanku.
Setelah kusempatkan mencium aromanya, kuseruput kopi itu dari tubir cangkir. Lalu, kukumurkan sejenak Gayo Abisinia di mulutku, biar jejaknya tertinggal di lidah dan langit-langit mulut. Ahhh...
"Memang, nikmat betul seduhan barista Laku Kopi ini!"
Maka, tak berlebihan kiranya jika kukatakan, salah satu alasan Tuhan menciptakan bumi adalah karena Dia ingin menanam kopi. Dan salah satu alasan keberadaan Laku Kopi adalah untuk merayakan kenikmatan kopi yang telah Tuhan berikan.