Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Barista Keempat Shift Ketiga

23 November 2018   13:50 Diperbarui: 24 November 2018   15:05 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Malam itu kurang lebih pukul setengah duabelas, ketika saya dan istri saya singgah di kedai Laku Kopi Bintaro. Saya memesan V-60, Istri saya memesan vietnam drip. Kami juga memesan seporsi tahu kornet. Elisa melayani kami dengan baik. Kami adalah pelanggan lama di kedai ini. Tak heran jika kami mengenal pemilik dan para pegawainya. Namun, siapa Elisa? Baru kali itu kami melihatnya.

"Saya baru tujuh hari di sini, Om. Sebelumnya saya di Bali," Jawabnya dengan suara pelan dan datar saat saya mengonfirmasi apakah betul dia orang baru di Laku Kopi.


Pantas saja kami belum mengenalnya. Terakhir kali kami datang ke Laku Kopi sebulan sebelumnya. Jarak dari rumah kami di Kelapa Gading ke Bintaro yang terbilang sangat jauh tak menghalangi kami untuk, minimal sebulan sekali, datang ke sini. Kalau pas ingin ke Laku Kopi, saya atau istri saya cukup mengucap kode, "Ngopi enak, yuk!" dan berangkatlah kami ke Laku Kopi.

Biasanya, kedai ini selalu ramai. Namun, malam itu kedai sangat sepi. Kami tak melihat siapa pun selain Elisa. Ke mana yang lainnya?

Layar di telepon genggam saya menunjukkan pukul 00:13. Pantas saja. Sebagian bangku sudah tengkurap di atas meja kedai. Di bar, Elisa sibuk membersihkan dan menata perabotan. Meja bar juga tak luput dari sentuhannya. Sekali dua dia menyemprotkan cairan pembersih di atas meja itu lalu mengelapnya dengan pelan. Entah cairan apa yang digunakannya, bau harum ratus bunga.


Tak ada suara musik. Tak ada sendau gurau sebagaimana biasanya. Dan, udara terasa begitu dingin.

Sesekali, saya melirik Elisa. Wanita muda berkulit sawo matang dengan wajah manis dan berambut panjang itu masih nampak segar. Tak sedikit pun terlihat lelah. Seolah, dia baru saja memulai pekerjaannya hari itu. Apron hitam yang menandakan dia seorang barista kedai juga masih nampak sangat bersih.

Sesekali, lirikan saya beradu dengan lirikannya. Dan ketika mata kami beradu cukup lama, saya merasakan getaran aneh. Seperti ada energi lain yang keluar dari matanya yang membuat mata saya terus tertawan oleh kelopak matanya yang bulat. Namun, alangkah kagetnya saya ketika saya melihat mata Elisa tiba-tiba berubah menjadi hitam, seperti mata perempuan-perempuan dalam lukisan Jeihan. Jantung saya mendadak berdegub kencang. Keringat tiba-tiba membulir di kening saya. Bersamaan dengan itu, pori-pori kulit saya pun terangkat menjadi butiran-butiran di sepanjang lengan.

Kekagetan saya belum berakhir ketika Elisa tiba-tiba sudah berdiri di hadapan kami. Tersenyum, dan menatap kami. Istri saya memegang erat lengan saya. Tangannya gemetar. Demikian juga saya. Seketika itu, bau harum bunga kembali menyeruak. Lembut, namun membuat bulu kuduk kami berdiri.

“Ada pesanan lain, om?” tanya Elisa dengan suara datar.

Lidah saya mendadak kelu. Tercekat. Mata saya, lagi-lagi, tertawan oleh tatapannya. Istri saya mengguncang lengan saya. Dia berusaha ngasih kode agar kami segera pulang saja. Melihat istri saya ketakutan, Elisa mengarahkan pandangan padanya. Lalu tersenyum ramah. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, perempuan barista itu meninggalkan kami menuju bar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun