Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Subianto Pilihan Rasional Presiden RI 2014-2019

3 April 2014   06:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09 3602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964555442011089988

[caption id="attachment_301580" align="aligncenter" width="462" caption="(Galery Partai Gerindra)"][/caption]

Survey Pemilu 2014 berhamburan memenuhi halaman koran.  Sosial media dan televisi berebutan me publish hasil survey dari beberapa lembaga yang katanya independent.  Pemilu memang menjadi lahan subur bagi para pihak yang suka suka melakukan survey.  Dalam alam demokrasi sah sah saja kita menghujat, setuju atau acuh terhadap hasil survey.  Memang terkadang membingungkan hasilsurvey tersebut, selalu saja ada perbedaan hasil tergantung dari "pemesan”katanya.

Bagi khalayak setidaknya hasil survey bisa dijadikan hiburan bukan sebagai referensi ilmiah.Paling paling yang menjadikan referensi dari hasil survey adalah para pihak yang merasa diuntungkan,Sebaliknya bagi pihak yang dirugikan hasil survey dianggap angin lalu, toh nanti ada survey tandingan.Bolehlah kita ingat atau dicacat di notebook hasil hasil survey tersebut, karena pembuktian hasil survey mana yang mendekati kenyataan (mana yang “asal”) akan terlihat ketika hasil quick count di Rabu sore Tanggal 9 April 2014. Asyiek juga ya membandingkan lembaga survey mana yang mendapat tempat terhormat sebagai pen-survey ilmiah akademis dan terpercaya.

Terkait dengan jajak pendapat, awak lebih suka turun ke jalan. Silaturahim dan kemudian bertanya langsungkepada grass root bagaimana sebenarnya aspirasimereka terkait Presiden Republik Indonesia2014-2019. Kegiatan bertatap muka dengan berbagai komunitas telah dilakukan sejak setahun yang lalu.Dalam beberapa kesempatan awak selalu bertanya dengan metode sederhana saja yaitu siapa Presiden kita nanti yang akan menggantikan SBY.

Rakyat berkata jujur, apa adanya (atau istilah kerennya nothing to loose)sesuai dengan apa yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan keseharian. Populasi komunitas grass root ini cukup besar dibanding dengan warga yang mendapatkan penghidupan diatas garis kemiskinan.Mereka bertahan hidup (survival) dari hari keminggu, dari minggu ke bulan dan berganti tahun ke tahun dan tanpa disadari akan terjadi pergantianPresiden lagi di tahun 2014. Satu hal yang patut dicatat strata kehidupan rakyat dari komunitas ini tidak mampu beranjak ketaraf kehidupan yanglebih baik malah ekonomi keluarga semakin terpuruk.Inilah kondisi riel rakyat Indonesia.  Kemiskinan Struktural akibat gagal bijak.

Baik, pada kesempatan ini awak akan menyampaikan bagaimana aspirasi para pedagang sayur dan buah di kawasan Pasar Induk Kramatjati Jakarta Timur.Juragan kelapa itu bernama Haji Ajad bin Haji Abdul Hamid.  Beliau berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat berusia 56 tahun.  Sosok pedagang yang tak pernah lepas dari tasbeh.  Tasbeh H. Ajad unik, bukan butiran batu bertali berjumlah 100,seperti biasanya,  tetapi tasbeh elektronik.  Tasbeh itu selalu melekat pada dirinya kemanapun berada.  Tasbeh terus  tergantung di tangan.  Berhenti diklik kliq hanya ketika Pak Haji menghitung uang atau mengoperasikan kalkulator.  Selepas itu tasbeh elektronik terus berputar menghitung angka menlafalkan Asma Allah. Entah sudah berapa juta kali lafal tauhid itu beliau kumandangkan sejak berniaga kelapa di Pasar Induk tahun 1975.

Lokasi toko kelapa Haji Ajad  terletak di Jalan Raya Bogor Kramatjati Km 21.  Toko ini mulai beliau tempati sejak tahun 1985. Toko merangkap gudang penuh dengan kelapa.  Hari ini ada 2 buah truk sender di depan tokonya.  Satu buah truk besar dari Palembang membawa sekitar 18.000  butir kelapa.  Baru saja tadi pak Ajad menkomandoi via handphone truk dari Bengkulu yang baru pertama  masuk ke gudangnya.  Truk itu membawa 4000 buitir kelapa. Hubungan Haji Ajad dengan orang di Pulau Sumatera pemilik atau pedagang kelapa sangat baik, pesan via telepon, barang datang kemudian beliau langsung transfer untuk pembayaran. Kepercayaan inilah yang sudah terbangun dalam perniagaan yang amanah.  Semua menjadi lancar sehingga toko ini tidak pernah kosong dari stock kelapa. Ready stock kelapa terjamin untuk kota Jakarta

Pak Haji Ajad bercerita, dia mengikuti perkembangan politik dari surat kabar, televisi dan yang tidak kalah penting cerita dari pedagang eceran langganannya.Menurut Pak Haji Juragan Kelapa,puluhan pedagang eceran kelapa sayur datang dari berbagai pelosok kota metropolitan mengeluhkan perniagaan yang dikelola pemerintah koq tidak memberikan penghidupan yang lebih baik.Sudah bertahun tahun rasanya hidup begini saja. Bertahan untuk bisa hidup dengan kerja keras namun penghasilan tidak semakin meningkat.Pak Haji mengatakan dengan berani ada mafia perdagangan yang menguasai perniagaan di negeri kita.

Pemodal besar semakin kaya, karena memiliki monopoli dalam system kartel. Pemerintah nampaknya tidak berdaya menghadapi tipu musihatpengusaha karena kebijakan ekonomi neo liberal yang lebih mengemukakan pasar bebas.Sementara nasib pedagang kecil tidak dipikirkan, terperosok dalam jeratan mafia perdagangan yang memegang kuasa dalam menentukan harga. Lihat saja buah buahan  import semakin menggila menguasai di pasar induk mengalahkan buah buahan tanaman petani dalam negeri.   Tragis memang,  negeri yang subur tanah nan lembur tidak mampu memproduksi hasil pertanian dan perkebunan akibat pemerintah berkuasa setengah hati membina petani.  Kebijakan impor memberi kenikmatan komisi bagi pedagang besar yang mendapat fasilitas monopoli dari kementrian terkait.

Pak Haji bertanyaadakah Presiden yang berani melawan mafia perdagangan ini ?Sebelum awak menjawab, Beliau sudah menjawab sendiri : Prabowo Subianto.Wah buat apa bertanya lagi Pak Haji kalau sudah tahu jawabannya. Pak Haji tertawa berderai, maksud saya dari dulu dulu sampai sekarang presiden tidak berdaya melawan mafia perdagangan.Nah kenapa memilih Prabowo. ?

Haji Ajad menegaskan untuk memperbaiki  kondisi sistem perekonomian  yang semrawut ini diperlukan seorang sosok yang Tegas, Berani tanpa tedeng aling aling memberantas dan menghancurkan kartel perekonomian.Hanya kepada Prabowo harapan disandangkan, apalagi beliau mengusung ekonomi kerakyatan.Siep pak Haji, yok kita coblos nomor 6 Partai Gerindra di hari Rabu 9 April 2014.

Haji Ajad melanjutkan curhat, "Ya saya sudah mendengar dari para agen yang datang setiap hari membeli kelapa, nama Prabowo selalu disebut sebut, tidak ada capres alternative lain." Inilah gambaran sebenarnya aspirasi atau lebih tepatnya isi hati para pedagang.Awak berani men genalisir  pendapat grass root ini sebagai pendapat dari para pedagang di seluruh Indonisia yang mulai berpikir realistis, bahwa untuk menjadi Presiden Terpilih haruslah sosok yang bebas bertindak berdasarkan UUD 45, Presiden yang tidak dikendalikan oleh para pengusaha hitam bahkan di kendalikan oleh mafia perdagangan dari negeri seberang.

Nah inilah pendapat grass root melalui metode sederhana,  menjawab secara langsung, apa sih sebenarnya keinginan rakyat terhadap sosok Presiden yang akan dipilih menggantikan SBY. Secara akademis awak terjemahkan bahwa kompetensi Prabowo yang dibalut dengan sikap Tegas dan  Cerdas serta komitment membangun Bangsa Indonesia (memiliki 6 Program Aksi Transformasi Bangsa) telah mengalahkan  populeritas capres yang hanya bermodalkan blusukan alias pencitraan.   Populeritas tidak laku lagi dizaman ini ketika pemilih  semakin cerdas, rakyat  belajar dari pengalaman buruk, karena salah memilih di 2 pemilu sebelumnya yang lebih terbawa kepada pencitraan (pilihan emosional). Pak Haji Ajad tepok jidat, menyesal karena salah memilih di pemilihan umum 2004 dan 2009 karena terpengaruh populeritas alias pencitraan.

Yes para pemilih emosional itu kini telah beralih menjadi pemilih rasional. Prabowo Subianto Pilihan Rasional Presiden R.I. 2014-2019. Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi.


Salam Indonesia Raya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun