Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[Moment Terbaik 8 Tahun Kompasiana] Berhasil Membuat Presiden Jokowi Tertawa Renyah

28 Oktober 2016   07:55 Diperbarui: 28 Oktober 2016   20:35 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Sekretariat Istana Merdeka

Istana 

Membuat Presiden Republik Indonesia tertawa terbahak adalah prestasi tertinggi dalam kehidupan seorang pensiunan seperti awak. Inilah momentum terbaik dan juga terindah  selama mondok 6 tahun di kompasiana.  Tahu sendirilah  beban pikiran Presiden yang terlalu banyak dalam menyelesaikan setiap permasalahan nusantara tentu sangat mempengaruhi suasana hati Pak Jokowi.  Jadi wajar Beliau perlu hiburan segar sebagai selingan diantara kesibukan mengurus pemerintahan dan juga perlu istirahat setalah blusukan. 

Moment itu terjadi ketika mendapat kesempatan berbicara di istana akhir tahun 2015 bersama 10 kompasianer dalam rangka kompasianival 2015.    Setidaknya celoteh awak memberikan kesegaran bathiniah Pak Jokowi sehingga Beliau tertawa renyah.  Paling tidak pada moment itu Bapak Presiden  untuk sementara melupakan segala ruwet rumit urusan negara.  Moment Bapak Presiden tertawa lepas sembari bertepuk tangan meriah beserta seluruh hadirin di Istana mampu  mencairkan suasana. Suasana kekariban antar kompasianer dengan Presiden  boleh dikatakan  mencerminkan betapa kedekatan antara rakyat dengan Presiden itu tiada ada lagi lapis pembatas

Apalah awak ini setelah mendapat julukan askar ta begune di tahun 2010.   Sepertinya setelah expired date dari dunia kedinasan maka semuanya akan berakhir.  Ternyata tidak sobat.   Karena budi baik kompasiana saya tetap beredar. Kompasiana menghadiahkan begitu banyak sahabat maya. Sahabat sesama penulis dengan latar belakang beragam semakin memperkaya wawasan nusantara bahwa kehidupan ini menjadi sangat indah ketika pelangi menghampiri kita.

Itulah sebabnya saya memaksakan diri hadir di setiap kopdar beragam komunitas dengan tujuan meningkatkan kualitas sahabat maya menjadi sahabat nyata. Luar biasa persahabatan itu semakin menyadarkan diri ternyata masih banyak kekurangn dari segi tulis menulis.  Kekurangan itulah yang tanpa disadari telah  dilengkapi sahabat sejati dalam proses pembelajaran menulis. . Seringnya mengikuti aktifitas bersilaturahim berkopdar ria  inilah yang mungkin menjadi obat mujarab untuk menunda datangnya penyakit pikun bagi para manula.

Setelah pensiun dan mau apa.. Untung ada kompasiana. Peruntungan luar biasa bagi saya ditakdirkan berkenalan dengan si Ana. Hari bersejarah 19 Agustus 2010 mendaftar menjadi kompasianer. Yes hanya sempat menghilang 18 hari dari peredaran bumi, saya tampil lagi di permukaan. Ada gairah baru dalam kehidupan yang sempat redup ketika 1 Agustus dinyatakan selesai melaksanakan tugas pemerintahan.

but-581340c6e1afbd59283e1291.jpg
but-581340c6e1afbd59283e1291.jpg
Penulis Pensiunan

Menulis. Pekerjaan yang selama ini sudah dilakukan namun sebatas menulis proposal atau surat dinas. Berbeda dengan menulis di social media. Bersyukur bersua dengan media social kompasiana (terbaik di dunia), satu-satunya media yang tidak pernah menolak kiriman tulisan penulis pemula.

Biasanya setelah memasuki usia pensiun menyebabkan seorang anak manusia hilang dari peredaran. Menganggap diri sudah tidak berguna lagi, mentasbihkan bahwa diri sudah cukup berbhakti dan kemudian menghilang dari peredaran. Keadaan bertambah ruwet seandainya para mantan pejabat yang terkena gejala Post Power Syndrom. Padahal matahari sejak diciptakan tidak pernah pensiun, begitu pula dengan bulan, kenapa pula dengan penghuni bumi makhluk mulia yang bernama manusia menjadi segan tampil (lagi) di permukaan. Mengapa pula menarik diri dari peredaran, bukankah ilmu pengetahuan dan pengalaman bisa di bagikan kepada generasi muda.

Hakekat masih beredar itu sebenarnya hanya cocok bagi orang pensiunan. Sudah menjadi hukum alam, bahwa apabila seseorang telah selesai pengabdian kepada negara karena faktor usia maka dia dianggap habis atau tidak beredar lagi. Namanya hanya tinggal kenangan, kegiatan semakin berkurang. Hanya teronggok didepan televisi sembari terkantuk kantuk menunggu. menunggu sesuatu yang tidak jelas karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara ancaman penyakit pikun datang beruntun bersebab aktifitas atau tantangan kerja otak semakin menurun

Sungguh senangnya hati ini ketika menyaksikan tulisan bertengger di content tulisan baru. Rasanya seperti mendapat piala citra bahwa tulisan saya dianggap plus ditanggap admin kompasiana. Tidak usyahlah mengharapkan HL atau TA ketika itu, tulisan diterima saja sudah menciptakan kebahagian  bukan main. Artinya tulisan itu paling tidak terdokumentasi. Inilah anugerah terbaik setelah memasuki usia pensiun, disibukkan oleh kegiatan tulis menulis yang ternyata sangat menyenangkan dan menghibur bila dibandingkan hanya bengong tak tahu bagaimana menghabiskan waktu luang yang begitu banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun