Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertamina bersama Ahok Berada "di Tepi Jurang"

25 November 2019   20:58 Diperbarui: 25 November 2019   21:07 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SHUTTERSTOCK/Joachim Affeldt via KOMPAS.com

Sobat, berada di tepi jurang belum tentu terjungkal kebawah.  Itulah persepsi yang perlu di sepakati terlebih dulu sebelum masuk pokok pembahasan. Secara logika berada di tepi jurang memiliki 3 kemungkinan. Peluang pertama diselamatkan, peluang ke dua  jatuh terperosok ke jurang dan pilihan terakhir malah berhasil membuat jembatan ke seberang jurang tersebut.  

Artinya Pertamnia bersama Ahok sebagai Komisaris Utama akan diuji kenirjanya  apakah akan berhasil menposisikan BUMN pelat merah ini memberikan keuntungan berlebih untuk Negara.

Ahok memang tidak sendiri dalam jajaran komisaris Pertamina.  Beliau didampingi oleh orang orang hedat seperti Budi Gunadi Sadikin menjadi Wakil Komisaris Utama, Komjen Pol Condro Kirono menjadi komisaris, menggantikan Gatot Trihargo, Komisaris lainnya masih diisi oleh pejabat yang sama yakni Suahasil Nazara, Ego Syahrial, dan Alexander Lay. 

Mengurusi minyak kata orang Sumatera berminyak minyak. Licin itulah artinya. Oleh karena itu sebagai BUMN terbesar di negeri ini terlalu banyak harapan rakyat tertumpu agar Pertamina kembali kemasa jaya ketika di pimpin Ibnu Sutopo.  Memang banyak perubahan telah terjadi terutama minyak mentah itu sangat berkurang yang berasal dari produksi dalam negeri.

Sebagai putra yang dilahirkan di tanah minyak Tempino Jambi kami sekeluarga merasakan kejayaan Pertamin di tahun 60- 80 an.  Setelah itu minyak kering dan tidak ada lagi hasil bumi yang di hisap melalui mesin yang kami sebut sebagai boran.

Akibatnya, negeri tempat kelahiran ku itu kini sepi. Lengang.  Rumah Pertamnina nan dulu megah kini kosong ditinggalkan begitu saja seiring  hilangnya minyak bumi disana.

Tantangan Direktur Utama melalui arahan para Komisaris Utama sangat berat.  Apakah memang ada mafia memang perlu di buktikan.  Secara nalar kewajaran selalu berlaku hukum dimana ada gula disana ada semut.  Dimana ada yang licin maka seyogyanya pelincin pun berdatanganan tanpa di undang,

Dalam kurun waktu yang singkat Basuki Tjahaya Purnama akan memperlihatkan jati diri setelah bermetmorfose dari pejabat publik melayani warga menjadi seorang pejabat yang bergerak dalam bisnis menggiurkan semua orang. Perbandingan sederhana rakyat dengan negeri jiran.  Kenapa mereka bisa membangun menara Kembar Fenomenal di Kuala lumpur padahal bisnis minyak Petronas  sama saja dengan Pertamina.

Tak sabar menunggu tantangan di tepi jurang.  Harapan rakyat tentunya pembuktian diri itu akan  merubah persepsi rakyat terhadap pahlawan minyak yang ditandai kemampuan menyambungkan tebing jurang curam dengan tebing di seberang dengan satu jembatan emas.  Disanalah kesejahteraan rakyat akan sedikit demi sedikt terwujud ketika Indonesia bisa lagi menjadi Raja Mnyak Dunia.

Kalaupun tidak berhasil membuat jembatan emas paling tidak Ahok dan kawan kawan termasuk Pertamina jangan sampai terjatuh kejurang dalam. Mari kita selamatkan seluruh anak bangsa ini dengan tekad berbuat terbaik untuk dirinya sendiri dan juga untuk Bangsa Indonesia.

Salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun