Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Musim Kemarau Mari Menghemat Penggunaan Air

13 Juli 2019   20:26 Diperbarui: 13 Juli 2019   21:22 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

dokumen kaltimpos

Sinar mentari membuat silau
Terinspirasi awak membuat syair
Telah tiba musim kemarau
Mari menghemat penggunaan air 

Rakyat Indonesia sebenarnya patut berbahagia bersebab hanya memiliki 2 musim saja.  Dibanding negara lain yang memiliki 4 musim maka repotnya terletak pada busana.  Orang indonesia cukup menyediakan 2 macam saja pakaian dalam setahun ketika menghadapi musim hujan dan musim kemarau.  Sedangkan saudara  kita di belahan benua sana terpaksa menyiapkan 4 macam pakaian.  Bukankah ini satu pemborosan dilihat dari jumlah pakaian yang tersedia di lemari.

Itulah juke orang melaytu,  Satu ucapan yang sebenarnya hanya untuk menyenang nyenangkan diri sendiri. Logikanya kita tidak bisa merasakan tanah tutup salju. Tapi apakah orang sana cukup bahagia dengan salju ? Entahlah kalau kedingingan tentu harus ada pemanas dalam rumah.  Bahkan terkadang (katanya) mereka tidak bisa beraktifitas di luar rumah ketika cuaca extra ekstrim.

Indonesia Raya bersyukur memeiliki keindahan alam dan cuaca yang bersahabat.  Satu saja yang menjadi kendala banjir ketika musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.  Itupun tidak terjadi diseantero wilayah.  Musim hujan memang menyebabkan banjir di kota kota tertentu. Penyebab banjir selain penggundulan hutan dan sungai yang semakin dangkal juga karena oknum  warga tidak disiplin mau gampang saja membuang sampah ke kali.

Musim kemarau juga menjadi penderitaan bagi rakyat di daerah tandus.  Saudara kita itu terpaksa berjalan kaki berkilo kilo meter untuk mendapatkan air.  Kekeringan melanda dimana mana.  Air adalah sumber kehidupan kata oramg orang dulu.  Jadi dapat dibayangkan ketika persediaan air terbatas. Hanya untuk minum saja kurang apalagi untuk mandi dan keperluan rumah tangga lainnya.

Musim kemarau juga menjadi persoalan bagi pertanian.  Sawah kering irigasi tak berair sehingga menyebabkan gagal panen.  Oleh karena itu penghasilan petani menurun yang berakibat kepada segala persoalan lain.  Ekonomi kerakyatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah berkuasa seharusnya bisa mengatasi masalah kekeringan ini jauh jauh hari.  Ya iyalah kan kita sudah mereka 70 tahun lebih, masa persoalan ini belum juga bisa dituntaskan.

kemarau32-5d29e8da097f3642ac4a7e72.jpg
kemarau32-5d29e8da097f3642ac4a7e72.jpg
Okelah dari pada ngomel saja ada baiknya kita perhatikan perkiraan BKMG berikut ini.  Harapannya adalah agar kita bisa lebih waspada menghadapi musim kemarauan yang berdampak kekeringan.  Cara  paling mudah dan sederhana kata pakm tua di kota tua mengatasi kekeringan ialah menghemat penggunaan air.  Menghemat penggunaan ait bukan berarti mengurangi minum (hati hati dehidrasi ) tetapi lebih kepda penggunaan air untuk yang penting penting saja.

Seperti di lansir pada laman web Badan Meteorologi, Klimatologi  dan Geofisika (BKMG) Prakiraan Musim Kemarau 2019 secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Awal Musim Kemarau 2019 di 342 Zona Musim (ZOM) diprakirakan umumnya mulai bulan April 2019 sebanyak 79 ZOM (23.1%), Mei 2019 sebanyak 99 ZOM (28.1%), dan Juni 2019 sebanyak 96 ZOM (28.1%). Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Kemarau terjadi pada Januari 2019 sebanyak 1 ZOM (0.3%), Februari 2019 sebanyak 3 ZOM (0.9%), Maret 2019 sebanyak 22 ZOM (6.4%), Juli 2019 sebanyak 25 ZOM (7.3%), Agustus 2019 sebanyak 14 ZOM (4.1%), September 2019 sebanyak 2 ZOM (0.6%), dan Oktober 2019 1 ZOM (0.3%).
  2. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981- 2010) di 342 Zona Musim, Awal Musim Kemarau 2019, sebagian besar daerah yaitu 126 ZOM (36.8%) mundur jika dibandingkan dengan rata-ratanya dan 125 ZOM (36.6%) sama terhadap rata- ratanya. Sedangkan yang maju terhadap rata-rata 91 ZOM (26.6%).
  3.  Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2019 di sebagian besar daerah yaitu 214 ZOM (62.5%) diprakirakan Normal dan 82 ZOM (24.0%) Bawah Normal. Sedangkan Atas Normal yaitu sebanyak 82 ZOM (13.5%).
  4.  Puncak Musim Kemarau 2019 di 342 Zona Musim (ZOM) diprakirakan umumnya terjadi pada bulan Agustus 2019 sebanyak 233 ZOM (68.1%). Sedangkan beberapa daerah lainnya puncak Musim Hujan terjadi pada bulan Februari 2019 sebanyak 2 ZOM (0.6%), Juni 2019 sebanyak 4 ZOM (1.2%), Juli 2019 sebanyak 44 ZOM (12.9%), September 2019 sebanyak 50 ZOM (14.9%), Oktober 2019 sebanyak 6 ZOM (1.8%), November 2019 sebanyak 1 ZOM (0.3%), dan Desember 2019 sebanyak 1 ZOM (0.3%).

Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa musim kemarau adalah siklus  alam yang tidak bisa dihindari manusia.  Menghadapi permasalahan kekeringan adalah tanggung jawab pemerintah.   Daerah daerah kekurangan air perlu di suplai  secara sistematis  sehingga rakyat tidak menjadi lebih menderita.

salamsalaman

TD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun