Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seraya Diguyur Hujan, Puisi-puisi Mengalir di TIM

12 Oktober 2016   07:32 Diperbarui: 12 Oktober 2016   16:35 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musikalisasi Hujan Bulan Juni oleh mahasiswa UNJ.

“...tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu."

Dan rintik hujan pun membasahi pelataran Taman Sastra TIM (Taman Ismail Marzuki), Jakarta. Kemudian menderas. Langit memang sejak siang mendung menggelayut, hanya sesekali mengintip suryanya di sela-sela awan. Sajak HujanBulanJuni-nya Sapardi Djoko Damono dibawakan oleh pegiat sastra Universitas Negeri Jakarta, seperti menutup sore pembacaan puisi-puisi berkait dengan Hari Puisi Indonesia 2016 yang diadakan secara meriah-ruah.

Siang itu saya bertemu dengan Ikhwanul Halim di TIM. Nominator Fiksi Kompasiana 2016 yang baru meluncurkan bukunya 'Rindu yang Memanggil Pulang (Peniti Media, Jakarta September 2016) itu mengajak ngopi di kawasan TIM. Hingga kemudian menggeret Alpaprana (Kompasianer Semarang) yang punya buku kumpulan puisi Algocita dan berambut gondrong kayak pendekar bergabung. Lalu bersua pula dengan Giyanto Subagio, penyair yang kerap nongkrong di TIM dengan buku puisinya: Kasidah Bayang-bayang.

Fanny J. Poyk in action (foto:IH)
Fanny J. Poyk in action (foto:IH)
TIM boleh berubah fisik, adanya sejumlah mesin pengeluar uang (ATM) persis di belakang atau punggung kawasan dengan karya patung dan di sisi selatan terpampang pamflet agenda TIM.

Tahun 80-an awal, saya kerap berkunjung ke bekas kebon binatang yang kelak disulap Bang Ali Sadikin menjadi kebun para seniman dalam berkreasi. Bahkan tempat ini menjadi semacam puncak para seniman (di mana belum menjadi seniman apabila belum berkarya di TIM). Sehingga gelaran seni rupa, teater, bermusik, menari, hingga membaca puisi. WS Rendra, Hamid Jabbar dan Subagio Sastrowardoyo, mereka sudah almarhum, di antaranya yang menggebrak kawasan ini untuk urusan jagad perpuisian.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Ikhwanul Halim dan penyair dari Kalimantan.
Ikhwanul Halim dan penyair dari Kalimantan.
Hari Selasa (11/10) pembacaan puisi di Taman Sastra TIM adalah rangkaian Hari Puisi Indonesia yang akan disambung acara penganugerahan Rabu (12/10) malam ini kepada para penyair yang mengirimkan 5 (lima) eksemplar buku puisinya dengan hadiah wah: seratus juta rupiah. Ini memang sebuah niatan untuk perpuisian di era kekinian, (maksudnya: milenial). Ya, pada momentum itu, majalah sastra Horison yang belum lama mengadakan ultah 50 tahun di galeri yang berlokasi persis lima belas meter dari pelataran taman sastra itu akan berganti format menjadi majalah online/digital.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Sejumlah nama besar: Sutardji Calzoum Bachri (SCB) yang masih menyandang gelar Presiden Penyiar Indonesia, dan  Yudhistira ANM Nugraha, Soni Farid Maulana, serta Rida K Liamsi pun bertengger di situ. Yang ini penyokong penting, maklum ia punya media Indo Pos (di mana SCB penjaga gawangnya) dan Riau Pos, dan sudah mengadakan acara Sagang Award di Bumi Lancang Kuning, Pekanbaru. Belum sejumlah tokoh non-sastra, termasuk Jusuf Kalla akan memeriahkan dan kemungkinan Menteri Kelautan Susi yang kerap terlibat masalah seni, malam ini akan hadir. Juga sejumlah nama tokoh non-sastra: politikus maupun pengusaha.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
"Padahal Jakarta sudah panas..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun