Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Adios] Kekasih

29 Januari 2019   16:22 Diperbarui: 2 Februari 2019   07:08 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian 1

Di sebuah gedung pencakar langit, dalam satu ruangan putih bersih, Wanni Pirate menatap gawainya lekat. Ia sedang membaca sebuah artikel utama di Kompasiana berjudul "Ledakan Bom yang Menewaskan Seorang Anak dan Puluhan Anggota KPKers". Senyumnya mengembang, tangan kirinya berulang kali memilin kumis mirip tikus.

Sebelum pergi menghadiri pemakaman puluhan anggota KPKers, Wanni mematut dirinya di depan cermin. Baju dan topi hitam dikenakan Wanni sambil memandangi cermin oval kesayangannya. Cermin yang dibeli almarhum istri tercinta dari seorang bapak misterius yang bijak bestari. Harga cerminnya murah, tiga puluh tiga juta rupiah.

Wanni tahu istrinya telah tertipu membeli cermin berbingkai kayu biasa yang tak memiliki kekuatan apa-apa. Paling banter harga cermin itu di pasaran berkisar tidak lebih dari seratus ribu rupiah saja.

Selama dua tahun sebelum Sterine berpulang. Isterinya rajin berkaca di depan cermin. Dan perubahan demi perubahan terus terjadi pada diri Sterine. Wanni merasa sugesti yang ditanam bapak misterius itu begitu melekat dalam jiwa istrinya.

"Ayo Dear, kau sudah sangat cantik dengan gaun itu. Kau selalu memukau. Cepatlah sedikit, waktu kita tidak banyak," pinta Wanni pada Sterine yang nampak ragu-ragu dengan penampilannya.

Di mata Wanni, Sterine memakai pakaian apapun memang selalu terlihat cantik. Selain pandai menjaga berat badan, berbagai meditasi rajin dilakukan agar jiwanya kuat dan seimbang. Ia adalah wanita satu-satunya yang mampu mengisi batin Wanni dari kekosongan hidup. Kebimbangan jiwa seakan lenyap bila berada bersama Sterine.

"Sebentar Honey, aku mengganti dulu pakaianku. Tak akan lama. Just five minutes!" Seru Sterine sembari bergegas mengganti gaun putih berbelahan punggung yang panjang hingga ke pinggang, menampakkan punggung mulusnya.

Lima menit berlalu, Sterine berdiri dihadapannya. Wanni terlongong menatap istrinya yang telah berubah jauh. Sosok wanita didepannya berubah layaknya seorang suster atau ibu-ibu pengajian. Jilbab hitam panjang menjuntai menutupi baju hitam yang dikenakannya.

"Cermin itu tersenyum melihat aku mengenakan baju ini, kau tak keberatan kan?" tanya Sterine dengan senyum lembut tanpa lipstik merah menyala seperti biasanya.

Wanni kesal. Ingin rasanya ia merenggut baju hitam yang membuat Sterine tampak bodoh. Tapi tangan dan mulutnya serasa dikunci. Ia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Malah anggukan dan senyum simpul yang hadir diwajahnya.

Sterine kini tak banyak bicara. Seringkali berdiam diri di kamar daripada berkeliaran di luar rumah. Biasanya Sabtu Minggu Sterine rajin berkunjung ke Singapura atau Malaysia ke tempat saudara-saudaranya tinggal. Sebulan sekali dia mengunjungi Steven, anak tunggalnya yang sedang berkuliah di Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun