Keesokkan harinya di Kademangan Kembojan, tampak Ki Demang didampingi Ki Jagabaya dan Danuarta, sedang meninjau kesiapan pengawal kademangan dalam menghadapi hari penebusan. Mantingan bersama 20 orang prajurit yang sedang mempertontonkan kemahiran mereka dalam menggunakan senjata. Sementara itu Ki Baruna sedang melatih Ludra bersama yang lainnya melakukan gelar perang.
Ki Demang kemudian memanggil Mantingan dan Ki Baruna untuk meminta penjelasan.
"Bagaimana perkembangan para pengawal kademangan Mantingan?" tanya Ki Demang.
"Semua sudah siap Ki Demang, paling tidak mereka telah mengenali senjata yang mereka pergunakan," jawab Mantingan.
"Kau sendiri bagaimana Ki Baruna?"
"10 orang yang aku latih, sudah siap melebur dan menggabungkan diri dengan pengawal inti dibawah pimpinan Mantingan, Ki Demang. 10 orang itu nanti hanya bertugas sebagai pemberi aba-aba dalam gelar perang, karena tingkat kemampuan mereka memang dibawah pengawal inti. Jadi kekuatan pasukan sesungguhnya adalah di bawah kepemimpinan Mantingan dan Danuarta," Ki Baruna menjelaskan.
Ki Demang Sorenggana mengangguk-angguk puas.
"Baiklah, kita harus segera mempersiapkan diri lahir dan bathin esok hari. Bagaimana pun juga kalau bisa perang ini harus dihindari. Karena selain menyengsarakan, akan timbul banyak korban."