Mohon tunggu...
Taufiq Rahmat H
Taufiq Rahmat H Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamat Sosial

Fokus dan Tenang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanya Jawab tentang Filsafat Yuuuuuk,.. :) {Epistemologi}

12 April 2011   08:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:25 5432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1.

Mengapa filsafat disebut sebagai ibu dari ilmu pengetahuan?

Filsafat disebut sebagai ibu dari ilmu pengetahuan karena dahulu pada masa Yunani kuno filsafat merupakan penjelasan rasional terhadap segala hal/masalah. Objeknya sangat luas, dan ketika itu belum ada pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan. Dahulu, kajian seperti ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial juga ilmu-ilmu lain seperti etika, estetika dan metafisika, dikaji dalam filsafat. Pemisahan terhadap ilmu-ilmu pengetahuan baru dilakukan pada masa modern (abad ke 19), ketika muncul tuntutan agar ilmu pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris (tuntutan metodologis). Dengan kata lain, ilmu pengetahuan (seperti misalnya ilmu alam dan ilmu sosial) merupakan anak dari filsafat, mereka memisahkan diri dan berdiri secara atonom atas fokus objek kajian masing-masing.

2.

Mengapa filsafat disebut sebagai refleksi tingkat kedua?

Filsafat disebut sebagai refleksi tingkat kedua (secondary reflexion), maksudnya, filsafat tidak meneliti fenomena secara langsung, akan tetapi lebih terfokus pada pembahasan tentang teori dan pemikiran yang ada dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Gillez Deleuze dan Felix Guattari membedakan metafor ilmu sebagai pohon dengan rhizomatic. Bagaimana penjelasannya?

Gillez Deleuze dan Felix Guattari adalah dua dari beberapa orang pemikir postmodern radikal (dekonstruksionis) yang berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan pada era modern dan postmodern. Jika pada era klasik dan modern ilmuan dan filsuf masih berdebat soal realitas, maka pada era postmodern justru disebut dengan "era kematian realitas" (hyperreality). Yang kita hadapi dimasa ini adalah realitas citraan sebagai realitas konstruksi, yang ada pada media informasi. Teknologi tinggi yang berupa teknologi informasi, mau tidak mau mengubah cara berpikir kita. Dalam era postmodern ilmu pengetahuan tidak memiliki tujuan untuk dirinya sendiri, seperti misalnya untuk menemukan kebenaran teori.

Kini ilmu pengetahuan lebih bersifat pragmatis, dalam arti bahwa ilmu pengetahuan diproduksi untuk dijual atau dengan lebih mempertimbangkan nilai gunanya. Perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan ditandai dengan majunya teknologi informasi dengan sasaran cyberspace global.

Gillez Deleuze dan Felix Guattari menyatakan bahwa dalam era informasi sekarang ini dunia ibarat sebuah jaringan yang satu sama lain saling berkaitan, dan demikian juga otak (mind) dan cara berpikir kita memiliki jaringan yang hampir tak ada batas. Mereka menyebut istilah ini dengan 'rhizomatic' atau 'rizhome'. Istilah rhizomatic berasal dari dunia tumbuh-tumbuhan dimana batang dan akarnya menjalar kesemua arah. Penggunaan istilah ini juga berkaitan dengan penolakan pemikir postmodern pada cara berpikir ilmiah lama (modern) yang dikemukakan melalui metafor "pohon ilmu". Pohon ilmu adalah cara pandang yang melihat ilmu pengetahuan bersumber dan ditunjang oleh akar tunggang tempat akar-akar lain tumbuh untuk menunjang batang yang berdiri kokoh. Pada batang itu tumbuh cabang (kelompok ilmu) dan dari cabang tumbuh ranting-ranting (berbagai bidang ilmu pengetahuan).

Metafor pohon ilmu adalah metafor yang kurang tepat digunakan untuk ilmu pengetahuan dan memahami masalah sosial-bidaya (globalisasi) sekarang ini. Pada era informasi dunia dilihat sebagai jaringan dan pendekatan sepesialisasi yang ketat dianggap bukan saja seperti menempatkan ilmu dibawah tempurung, akan tetapi juga dianggap tidak tepat. Dalam dunia rhizomatik ilmuan memerlukan keterbukaan dan model berpikir kritis, ilmu pengetahuan juga menuntut pendekatan baru yaitu pendekatan multidisipliner dan interdisipliner.

-o0o-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun