Mohon tunggu...
Dr.Taufik Hidayat
Dr.Taufik Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - dokter forensik

Seorang dokter yang suka jalan-jalan,makan-makan,baca-baca, foto-foto, nonton-nonton dan nulis-nulis

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan Singkat ke Palembang

11 Maret 2013   16:31 Diperbarui: 20 Juni 2023   22:33 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat siang, dipertengahan bulan November yang kelabu.

Aku dan seorang teman berangkat dengan menumpang travel dari Padang menuju Palembang. Perjalanan darat ini akan kami tempuh selama 18 jam. Jantung pulau Sumatera sudah terlelap ketika deruan mobil kami membelah malam. Di kota Muara Bulian, travel mengambil jalur kearah selatan menuju Palembang. Gerbang perbatasan propinsi Jambi dengan propinsi Sumatera Selatan hilang ditelan kelam. Tak terasa, Subuh pun datang menjemput, matahari pagi menyeruak diufuk timur ketika travel menjamah kota Palembang.

Agenda kami di Palembang adalah mengunjungi pesta pernikahan seorang teman kuliah keesokan harinya (hari Minggu). Oleh karena perjalanan darat ke Palembang membutuhkan waktu yang cukup lama, maka kami mempercepat waktu keberangkatan. Kami memutuskan untuk menikmati kota Palembang seharian dengan ditemani oleh seorang teman kuliah lain (bersama suaminya) yang berdomisili di Palembang.

Dokpri
Dokpri
Sabtu siang kami memulai city tour dengan memakai mobil rental. Mengunjungi pusat kuliner Palembang ditepian Sungai Musi menjadi agenda pertama. Sungai Musi  mengular merambati jantung kota Palembang. Sungai yang berhulu di propinsi Bengkulu ini merupakan salah satu sungai sejarah di pulau Sumatera. Airnya yang menderas keruh adalah detak nadi Palembang dari masa ke masa. Jembatan Ampera yang menghubungkan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir merupakan maskot propinsi Sumatera Selatan, khususnya kota Palembang. Banyak pemukiman warga yang masih mempertahankan arsitektur tradisionalnya dipinggiran Sungai Musi.

Setelah traktus gastrointestinal ini puas dimanjakan oleh berbagai kuliner Palembang yang khas seperti mpek-mpek dan segala macam makanan keturunan mpek-mpek, otak-otak, srikayo dan lain-lain, kami mengunjungi benteng Kuto Besak dan museum dipinggir Sungai Musi. Empek-empek adalah citarasa Palembang. Empek-empek hadir pada setiap waktu makan, karena lidah Palembang yang sudah sehati dengan asam cuko. Aku yang terbiasa dengan beratnya masakan Padang, menganggap menu mpek-mpek masih sebagai makanan selingan. Aku bukan penyuka ikan, khususnya ikan air tawar, akan tetapi aku suka mpek-mpek. Mungkin karena mpek-mpek tidak menyajikan ikan dalam wujud asli makanya lidahku tertipu.

Dokpri
Dokpri
Saya rasa Sungai Musi dan Empek-Empek adalah jati diri Palembang sepanjang hayat. Sungai ini tak kan pernah kering sebagaimana tak kan pernah keringnya kehadiran asam cuko didalam menu khas Palembang. 

Kerajaan Sriwijaya yang bermula pada abad ke 7 diduga ahli sejarah berpusat di Palembang, sehingga kota Wong Kito Galo ini dikenal juga sebagai bumi Sriwijaya. Jadi bisa disimpulkan, Palembang secara sejarah sudah merupakan kota semenjak ia berdiri. Musi adalah sumber kehidupan mulai saat ditemukannya sungai ini oleh Dapunta Hyang. Hari ini, Palembang menjelma sebagai kota Internasional. 

Dokpri
Dokpri
Dari sekian banyak tempat yang kami kunjungi selama di Palembang, tempat-tempat bernuansa sejarah adalah hal yang selalu menarik minat saya. Situs-situs purbakala yang membahas kerajaan Sriwijaya memang tidak banyak, namun saya percaya sejarah, bahwa dimasa lalu Sriwijaya memang pernah Berjaya dan Palembang adalah penerusnya.

Dokpri
Dokpri

Sekian---TH

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun