Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesombongan Menyambut Fitrah

22 Mei 2020   23:50 Diperbarui: 22 Mei 2020   23:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/bhumika-singh

Latihlah untuk tidak terbiasa mengenyam informasi melalui media-media daring sekalipun hal tersebut akual. Latihlah untuk mencari informasi-informasi yang tersirat melalui ayat-ayat yang tidak difirmankan ketika menemui gejala kehidupan sehari-hari sekalipun itu absurd.

Baik yang berkaitan dengan diri sendiri ataupun lingkungan sosial, bahkan yang berkaitan dengan gejala semesta raya yang dialami sehari-hari.

Hidup mesti mengalami kompleksitas keadaan untuk mengenal "tunggal". Mesti mengalami komparasi spektrum rasa untuk bisa sedikit-sedikit meraba kemungkinan persamaan iradah. 

Mesti mengalami endapan atau gesekan-gesekan masalah agar semakin nampak keindahan atau kemuliaan. Mesti mengalami kegelisahan kekhawatiran, kecemburuan, atau kerinduan yang memuncak untuk bisa menapaki nikmat kesejatian cinta.

Beruntung waktu terus bergulir seperti adanya hingga kemungkinan untuk "tumbuh" atau "hancur" itu terus terjadi. Apa jadinya jika waktu mesti terhenti? Yang menjadikan perubahan terhenti, stagnanisasi kedewasaan, terbatasnya cakrawala pandangan, dan mungkin mampetnya keluasan ruang jiwa yang memungkinkan jiwa untuk menampung segala kemungkinan-kemungkinan masa depan yang masih ghaib.

Akhir-akhir ini, situasi zaman mengalami degradasi nilai yang signifikan disaat daya ilmu pengetahuan manusia mengalami perkembangan yang pesat. 

Nilai apapun, sehingga membutuhkan dekonstruksi akan nilai itu sendiri yang memungkinkan manusia untuk tidak salah sangka atas sebab-musabab "mengapa" dirinya dibiarkan hidup dan tinggal di bumi. Sekedar piknik bertamasya se-zaman ataukah ada tugas untuk menemukan rute jalan kembali pulang?

Malam ini merupakan malam terakhir 30 Ramadhan. Langit nampak cerah dengan taburan bintang yang mengindikasikan setidaknya kesiapan untuk menemani ibadah sahur terakhir dengan kegembiraan. 

Meski, aktualisasi media justru berbanding terbalik dengan informasi-informasi yang didominasi oleh laku saling mengecam dan menebar kegelisahan. Apakah ada baiknya puasa itu tidak hanya menahan lapar, namun juga merambah ke wilayah lain, misalnya puasa tidak memegang gadget?

Semua sedang menuju momentum fitrahnya masing-masing tentu dengan porsi momentum kadar kedalaman nuansa yang dialami selama mengarungi bulan Ramadhan. 

Bulan yang dikata penuh keberkahan yang diturunkan dengan keranjang yang lebih besar dari biasanya dengan melihat sapaan masalah yang datang, terutama dengan kedatangan tha'un bernama Covid-19 yang menggemparkan seluruh jagad kehidupan bumi, tidak hanya di sebagian wilayah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun