Mohon tunggu...
Tatia Traveller
Tatia Traveller Mohon Tunggu... Penulis - Sosiologist, Ibu tiga anak yang suka menulis, traveling dan makan enak.

Penulis buku Cara Mencegah Selingkuh dan Cerai, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, Love and Shock, Hidangan Fav Mediterania. Sosiolog, dan pemerhati the whole universe. Menetap di Yunani sejak 2003. Saat ini sedang senang menulis tentang kesehatan, mind and body.http://www.tatiatravels.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kehamilan di Usia 40 Tahun Keatas

11 Februari 2010   16:08 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_72531" align="alignleft" width="300" caption="Ultrasound fetus usia 5 minggu sebesar beras"][/caption] Ketika saya hamil anak ketiga tahun 2004 dan bayi lahir  Juni 2005, saat itu usia saya 36 tahun. Pada masa kehamilan rutin periksa di dokter ahli kandungan yang disebut Ginekolog (dalam bahasa Yunani Gineka artinya wanita).  Saat memasuki semester ketiga kehamilan, dokter kandungan menyarankan saya mengadakan test Alfa Fetoprotein (AFP test) untuk melihat apakah cabang bayi ada kelainan down syndrom. Biasanya test ini mengambil cairan amino  dengan jarum yang disuntikan dalam placenta fetus. Karena saya yakin tidak ada keturunan down syndrom dan saya merasa usia 36 tahun saat itu belumlah terlalu tua untuk melahirkan bayi lagi. Alhamdulillah anak ketiga saya lahir dengan cara normal dan bayinya pun normal tanpa cacat. Januari 2010, usia saya memasuki angka 42 tahun. Setelah melahirkan anak kedua dan ketiga, saya tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, karena saya melihat ada efek samping masing-masing alat kontrasepsi. Disamping itu saya pernah diskusi dengan dokter kandungan saat meminta surat rujukan untuk tes pap, soal efek samping alat kontrasepsi.  Bahkan disebutkannya sistem kalender pun sebenarnya tidak aman, sebab pasangan bisa kebobolan.  Jawabannya cukup masuk akal. Setelah menstruasi terakhir 26 Desember 2009, hingga akhir Januari 2010 belum datang juga. Akhirnya saya meminta suami membeli test pack untuk tes kehamilan sendiri di rumah. Sore hari itu saya lakukan tes dan hasilnya positif. Kaget juga sebab usia 42 tahun dan hamil lagi? Keesokan harinya saya ke laboratorium untuk melakukan tes β -HCG (Human chorionic gonadotrophin) adalah hormon glycoprotein yang muncul segera setelah setelah terjadi konsepsi atau kehamilan. Hasilnya β-HCG saya 2167 artinya kehamilan memasuki minggu kelima. Walau pun hasil perhitungan masa kehamilan yang tepat dihitung saat tanggal awal menstruasi terakhir. Segera saya memberi tahu suami dan saya langsung meminta perjanjian pertemuan dengan ahli kandungan di kliniknya. Bukan kondisi usia saja yang membuat saya khawatr tetapi kondisi saya sejak tahun 2008 jantung saya ditutup implant karena saat itu diagnosa Patent Foramen Ovale. Hasil diskusi dengan ahli kandungan, kehamilan saya bisa menimbulkan trombofilia atau penyumbatan darah terutama terjadi di kaki. Memang sejak 20 Januari lalu saya sering merasa kesemutan di kaki, walau pun saya sudah melakukan banyak gerakan di kaki tetap saja masih kesemutan. Saat itu saya tidak tahu bahwa saya hamil. Langsung saya menelepon dokter ahli jantung yang menangani,  DR Koustopolous seorang ahli bedah jantung yang bergolongan A (golongan tertinggi ranking dokter yang bekerja di RS negeri milik pemerintah di Yunani). Sarannya saya harus menemui dokter ahli syaraf (nefrologos) sebab dikhawatirkan akan ada stroke baru di kepala. Masuk ke RS diminta suami menelepon ambulans, di Yunani tinggal menelepon 166 ambulanse langsung datang jika Anda dalam keadaan darurat atau sakit berat. Semua layanan gratis dari ambulans, dokter, obat, rawat inap dan segala macam tes-tes canggih.  RS di Athena milik pemerintah direnovasi sejak 2004 berlangsung Olimpiade di Yunani. Saya menolak menggunakan ambulans sebab saya masih bisa jalan dan yakin diluar sana banyak pasien  gawat butuh ambulans juga saat itu. Suami terpaksa ambil cuti dari kantor dan mengantar saya ke RS, cukup lama antri sebab nomor antrian berdasarkan jenis masalah. Ada 10  dokter ahli berbagai bidang yang menangani pasien dalam ruangan khusus. Oleh dokter saya disarankan rawat inap, sebab harus menjalani berbagai tes. Mulai dari tes darah umum, hingga ke CT Scan, MRI, X-ray, echo-Cardiogramma,  tes di kepala. Enam hari menjalani berbagai tes hasilnya terutama MRi tidak ada perubahan di kepala saya, masih sama dengan kondisi 2008 lalu. Padahal kaki masih  kesemutan, bahkan diminta dokter ahli syaraf meminum obat Lexo untuk mengatasi stress. Padahal saya yakin tidak sedang stress, sebagai muslim sholat 5 waktu dan sering menulis artikel motivasi di blog, say ayakin tidak stress. Obatnya Lexo saya tidak minum. Kembali ke rumah, barulah kemudian saya duga, ada kemungkinan saya hamil. Sebab ketiga kehamilan selalu kesemutan dan bahkan kaki kebas atau mati rasa. Biasanya dulu dokter kandungan memberi kapsul magnesium, diduga  mereka saya kurang magnesium walau tiap hari sudah minum air mineral. Tentu saja dokter kandungan tidak tahun jantung saya bolong pada waktu masa kehamilan ketiga anak yang lahir 1997, 2004 dan 2005. Sebab diketahi PFO tahun 2008. Singkatnya 3 dokter ahli kandungan memberi pilihan bagi kami, mau meneruskan kehamilan dengan resiko trombofilia bagi saya sebagai ibu dan fetus juga ada kemungkinan kena radiasi akibat X-ray dan CT Scan, sedangkan tes MRi dan lainnya tidak bahaya bagi fetus. Tanggal 20-26 Januari saat saya di test di RS saat itu saya sudah hamil. Karena tanggal mens akhri 26 Desember, sehingga saat ditanya oleh perawat dan petugas dibagian radiologi apakah saya hamil ketika akan di tes saya jawab 'tidak'. Sedangkan dua dokter jantung, menyatakan kehamilan aman bagi saya. Bahaya trombofilia tidak perlu dikhawatrikan, sebab saya bukan pasien PFO lagi, setelah ditutup dengan amplatzar. Artinya saya pernah kena PFO dan sekarang tidak ada masalah. Hanya dokter ahli kandungan semua berpendapat sama, bahwa kehamilan menghasilkan banyak hormon-hormon baru yang bisa menimbulkan penyumbatan darah, sebab saa terciptanya placenta oleh fetus otomatis sudah terjadi penyumbatan. Dalam keadaan bingung saya tetap yakin dengan kehamilan ini, walau kaki tetap kesemutan. Hingga suami diskusi soal bahaya radiasi bagi embrio dan didapatkan hasil X-ray di dada kurang pengaruhnya pada bagian abdominal (perut), walau saat di X-ray perut saya tidak dilindungi karena ketika ditanya apakah hamil saya jawab; tidak. Juga CT scan di bagian kepala, jika teori radiasi yang menyatakan perjalanan radiasi linear maka X-ray di dada tidak banyak pengaruhnya pada bagian perut. Namun ada  hasil riset, membuktikan anak-anak yang kena radiasi, maka akan menderita kanker leukemia dan berbagai jenis kanker lainnya. Sambil tetap yakin dengan pilihan yang akan kami ambil, saya semakin merasa sayang dengan fetus yang masih sebesar biji padi. Membayangkan soal menggugurkan kandungan tidak terpanh terlintas di benak saya, demikian juga suami yang jelas-jelas tidak akan membunuh walau masih dalam keadaan sekecil apapun. Saya bertekad tetap hamil walau pun disebut akan bahaya bagi saya. Namun apa yang direncanakan suami dan saya akhirnay kandas. Tiga hari lalu, sepulang dari mengantar teman kenalan di internet seorang mahasiswa dari Perancis yang berkunjung ke Yunani dan menginap di rumah kami. Saya mengalami pendarahan. Darah seperti mens tetapi warna hitam pekat. Bahkan keluar berbentuk bongkahan bola-bola kecil. Sore harinya terpaksa menelepon ambulans dan setibanya di RS diperiksa dan prognosis mengalami keguguran. Malam itu saya diperbolehkan pulang setelah di cek dengan alat kamera dalam rahim tidak ada plasenta. Diminta dokter mengulangi periksa darah β-HCG. Jika mengalami penurunan artinya positif gagal kehamilan dan jika naik saya harus pulang ke RS lagi sebab dikhawatrikan kehamilan di luar rahim (ektopic). Hasilnya hormon Glycoprotein hanya 412, dan saat ini saya masih mengalami pendarahan seperti keluarnya darah mens tanpa rasa sakit apa pun. Kejadian ini baru saya sadari, bahwa ini pernah terjadi sebelumnya. Saya telat mens dan kemudian beberapa minggu dapat mens yang deras sekali. Hanya saja saya tidak melakukan tes kehamilan dan saya seumur hidup belum pernah tahu apa sebenarnya keguguran. Sekarang barulah tahu artinya keguguran. Memang kehamilan diusia 40 tahun keatas banyak yang sukses dan melahirkan bayi sehat, namun banyak juga yang mengalami keguguran dan kemungkinan bayi down syndrome. Jika Anda usia 40 tahun keatas ingin hamil harus dipersiapkan segala sesuatu kemungkinan sebelum terjadinya konsepsi dan risikonya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun